Rabu, 16 November 2011

Percakapan yang terlintas

Source
 
“Maksud lo apa mo nikah?”

“Gue udah mutusin, gue aja yang berkorban.”
“Kemana ini arah pembicaraannya?”
“Gue mau nikah sama dia, dan dia ga mau ngalah. Artinya gue yang harus pindah.”
Saya diam mematung. Mencari pembenaran dibalik kalimatnya barusan.
.............



“Kenapa baru kepikiran sekarang?”
“Apanya?”
“Itu, rencana lo. Lo bilang waktu itu nggak akan mungkin tergoda, bahkan sampe kepikiran. Sekarang kenyataannya apa?”
“Cinta mengalahkan segalanya sayang.”
“Termasuk cinta lo sama Tuhan?”
Saya terpekur menatap lantai marmer itu. Pikiran saya kosong.
..................



“Gue udah bilang sama ortunya kalo gue rencana mau nikahin dia itu serius, tapi untuk ikut dia.. Gue masih berat.”
“Terus?”
“Gue harus cari solusi, kan?”
“Ehemmm...?”
“Gue mungkin bisa nyoba bilang sama ortunya untuk ikut dia sementara sampe gue bisa nikahin dia.”
Saya melongo.
..................


“Lo belom pernah jatuh cinta makanya lo ga bisa mikir kayak gue!”
“Lo emosional.”
“Keputusan gue udah mantap kok. Toh Tuhan juga dasarnya kan satu.”
“Terus kenapa lo nangis?”
“Gue kangen keluarga gue.”
“Bukankah lo harusnya udah pikirkan konsekuensinya?”
“Gue cinta dia.”
“Tetep ga bisa ngalahin cinta lo sama keluarga, apalagi Tuhan lo kan?”
“Lo ga tau apa-apa soal cinta, makanya bisa komentar gitu.”
“Mungkin, toh pada dasarnya cinta juga akhirnya cuma satu kan?”
“Maksudnya?”
“Yah, balik lagi ke Tuhan.”
Saya menghela nafas, menatapnya yang kini terpaku.
.................



"Gue kayaknya mau balik lagi kayak dulu."
"Maksudnya?"
"Gue ga begitu ngebayangin bakal seribet ini. Aturannya terlalu ketat, berat. Belom lagi kalo suruh puasa sama sholat. Capek gue harus bangun tiap jam 5."
"Bukannya sebelum lo mutusin, lo udah tau kejadiannya akan gimana?"
"Gue kurang research kali."
"Suami lo gimana?"
"Kalo dia ga terima, ya gue pisah aja. Dulu juga gue pindah kan karena gue mau nikah sama dia. Seharusnya sekarang pas gue udah ikut dia, dia bisa terima apa adanya kalo gue berubah."
Saya mengernyitkan kening. Menatapnya yang tengah mengaduk minumannya dengan santai.



________

Percakapan diatas tidak berjalan demikian seperti yang tertulis, ada beberapa yang saya perbaiki tatanan katanya tanpa mengurangi arti sebenarnya. Maklum, otak saya sedang tidak dapat mengingat dengan baik. Orang-orang di tulisan itu ada yang masih kontak dengan saya sampai sekarang, ada yang entah sudah hilang kemana tak berkabar. Saya hanya berharap mereka bahagia dengan pilihannya. 

Entah kenapa tulisan yang seharusnya saya posting malah jadi tulisan yang ini. Saya hilang mood sejak beberapa waktu lalu. Semua pikiran jadi jungkir balik nggak karuan melintas di kepala. Hadeeehhhh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...