Rabu, 27 Juni 2012

Ijo semangka

Bahkan ketika jarak dapat di persempit, tak juga mampu memecah rindu. Maka ketika air mata menjadi penghibur sementara, ku nikmati saja dalam kesepian.

Bukan salahku, karena mereka juga tidak mungkin mau dipersalahkan. Maka aku juga tak akan menyalahkan mereka. Karena hadirku mungkin hanya sekelebat. Seperti bintang yang kadang tak disadari keindahannya.

Bahkan dikala malam pekat begitu membutuhkannya untuk sekadar menjadi titik penerang yang seadanya.

Kangen kalian..


Sangat.

Eh, jadi pengen ngerujak semangka!
Source

Minggu, 24 Juni 2012

Satu

 They say true love last forever
I say true heart will always there
Till death do us part
-mevi-
...


Baiklah..

Hari ini, tepat satu tahun yang lalu. Dimana semua berawal. Dan akulah yang ada saat ini. Tanpa apapun. Mungkin sekadar mengingat. Lalu ada yang tersenyum sinis, lalu ada yang menyeringai, mungkin mencibir, memaki, mengutuk, bahkan bila ada yang tersenyum bahagia aku sendiri tak tahu orangnya.

Hari ini adalah satu tahun umurku. Umur yang mengawali semua. Diantara berliter air mata yang telah sempat tertumpah. Diantara bermacam emosi yang sempat tertuang. Diantara kekacauan ditengah apa yang mereka sebut bahagia. Mungkin lebih baik tak ada yang mengingat. Tetapi menyedihkankah bila kuingat? Karena sesungguhnya hari ini mungkin seharusnya jadi hari diantara hari paling membanggakan dalam hidupku. Bahkan bila saja aku boleh berbahagia. Bertahan selama satu tahun. Mampukah aku bertahan lebih jauh?

Karena kata-kata itu sempat terlontar, dan entah apakah itu menjadikannya janji. Namun aku terbukti mengingkari. Dan memilih untuk bertahan diantara sinis mata dan cibir mulut. Aku bertahan. Sampai hari ini. Mungkin juga tak akan ada yang mengingat. Karena siapalah aku ini? Si biang onar, pembuat kekacauan. Bahkan sekadar menyebut namaku mungkin sudah membuat mereka lupa pada detik berikutnya.

Tapi ini seharusnya jadi hari bahagiaku. Aku yang mampu bertahan. Satu tahun. Mencoba untuk melancarkan bicara, mencoba untuk berjalan. Meski terbata, dan terseok. Masih akan adakah tahun kedua, ketiga dan seterusnya? Bahkan bila memang apa yang mereka sebut 'sampai maut memisahkan' itu adalah benar adanya.


Happy anniversary..
-Jun 24, 2011-



Source

Jumat, 15 Juni 2012

Off to a trip

Jadi kantor saya tiap tahunnya pasti mengadakan outing atau dalam bahasa akrabnya adalah suatu acara untuk sekadar melepaskan diri dari penatnya rutinitas pekerjaan dan sedikit penghiburan yang diberikan oleh manajemen untuk karyawannya. Acara yang seharusnya berisi berbagai macam kegiatan yang mampu membuat para karyawan menjadi sedikit santai dan melupakan pekerjaan, juga memper-erat ikatan kekeluargaan agar selalu dapat kompak dan semakin akrab.

Penghargaan kecil dari manajemen perusahaan ini sebenarnya terbagi menjadi beberapa kelompok yang mana tiap kelompok departemen akan mempunyai jadwal acara sendiri tiap tahunnya. Biasanya para sales yang dinilai telah bekerja keras menguntungkan perusahaan akan mendapatkan penghargaan tertinggi melalui quarterly award maupun acara hiburan ke luar negeri. Tahun ini banyak sales yang telah berangkat untuk jalan-jalan keliling eropa. Sementara para staff support operational biasanya akan mendapatkan acara santai berdasarkan kesepakatan dari departemennya masing-masing.

Departemen saya kebagian untuk menyelenggarakan acara outing ke Bromo-Malang-Surabaya. Agendanya memang sebagian besar menitikberatkan pada kunjungan ke Bromo dan jalan-jalan tentu saja. Bagi karyawan ibu-ibu mungkin lebih tertarik pada acara belanja yang tentu menjadi bagian dari agenda outing. Tahun lalu saya tidak ikut ke Garut (acara outing tahun lalu), maka tahun ini saya memang berniat untuk ikut karena sejujurnya saya belum pernah sama sekali menginjakkan kaki di Bromo.

Saya berangkat pada tanggal 14, dan rencana kembali tanggal 16. Pesawat Lion yang berangkat pertama membuat saya harus bangun pagi demi mengejar jadwal check-in pada pukul 06.50 pagi. Saya punya ketakutan terhadap pesawat. Maka, ketika jadwal awal keberangkatan yang tadinya menggunakan kereta api diubah menjadi naik pesawat membuat saya sedikit ketar-ketir. Tapi saya toh ingin merasakan liburan ke tempat yang jauh dari yang selama ini menjadi rutinitas saya. Maka saya beranikan diri. Mungkin akan sedikit takut, tapi toh saya telah pernah naik pesawat sendiri keluar negeri dan saat itu saya selamat. Semoga kali ini saya tetap dapat berangkat dan pulang dengan selamat.

Saya sungguh ingin bersenang-senang. Melupakan sejenak semuanya. Ya, semuanya. Bahkan mungkin bila saya dapat sekadar mengalami hilang ingatan hanya ketika saya sedang outing dengan orang kantor, saya ingin sekali dapat dikabulkan. Saya sungguh harus bersenang-senang. Jadi, masa bodoh dengan semua kejengkelan, kesedihan, kegalauan, dan semua yang negatif  yang selama ini saya alami. Saya ingin ke bromo, dan bersenang-senang!

draft H-1


Saya sungguh berharap pegunungan dan segala keriaan nanti dapat mengikis sedikit kenegatifan dalam hidup saya
Source


Kamis, 14 Juni 2012

A loser like me

Terlepas dari semua yang telah terjadi, aku masih belum teryakinkan oleh sikapmu. Bahkan semua kebaikan yang kau tunjukkan di hadapanku. Lebih dari itu, aku bahkan masih merasa waspada terhadapmu. Terhadap semua keriangan, kebijaksanaan, dan kedewasaan yang kau berikan dalam menghadapiku. Karena aku, sama sepertimu. Kita pernah terluka. Kita pernah saling melukai. Dan kita pernah merasa terhempas begitu dalamnya dalam jurang kesedihan.

Aku bahkan masih merasa tidak akan pernah bisa lepas dari kisah dibalik kebersamaan kita. Semua awal yang terasa begitu baik itu, bahkan hanya meninggalkan sepintas angan pengukir sinis. Suatu saat nanti, seperti kau pernah katakan padaku.. mungkin aku akan pergi. Bila itu adalah saat kau tidak lagi dapat mempertahankanku seperti yang pernah kau janjikan dihadapanNya, Sang Maha Agung. Bila itu adalah saat kau sudah tak mampu lagi mengulur tali keistimewaan dalam menghadapiku. Bila saat itu adalah dimana kesabaranmu sudah mencapai titik nadirmu, sayang. Dan ketika itu adalah lukaku yang tak kunjung sembuh. Bahkan mungkin telah lama membusuk dan beku. Maka saat itu yang adalah saat penuh sesal untuk kita berdua. Untukmu. Untukku. Sekali lagi terhempas dalam kekejaman takdir yang tak mampu ditahan oleh siapapun. Termasuk para terkasihmu.

Aku pernah begitu terluka ketika kau menjadi begitu loyalnya pada kisahku, pada semua yang kau sebut mengerti. Pada mereka yang kau sebut peduli. Maka kau tanpa tahu bahwa aku juga bisa begitu terluka akan pengkhianatan, mulai menyebarkan semua kisahku, semua ceritaku pada mereka. Aku berusaha melupakan, bahkan tidak pernah sedetikpun terpikir mendendam. Karena aku benci menyimpan benci. Maka suatu saat kau akan tahu mengenai tempat ini. Tempatku mencurahkan semuanya. Tempatku berkeluh kesah, karena aku telah sendiri. Bahkan kau tak mampu membuka hatiku untuk mempercayaimu sepenuhnya. Setidaknya sampai tulisan ini kubuat. Ketika akhirnya kau mengetahui tempat ini. Apakah kau akan perlakukan sama seperti kisahku yang lain? Akankah kau sebar semua cerita yang telah pernah kutumpahkan disini? Akankah kau kembali sakiti dan khianatiku? Karena akulah yang kau tunjuk telah melakukan kenistaan itu terhadapmu. Bahkan jauh sebelum aku berpikiran kau mungkin juga melukaiku.

Suatu saat nanti kau akan tahu. Kau berkunjung. Kau membaca. Memahami. Menelaah. Mengerti. Dan mungkin marah. mungkin kembali mengutukiku. Kembali menyumpah peluh padaku. Pada apa yang kuakui dalam tulisan ini. Kau tak akan setuju. Kau tak akan menerima. Tapi mungkin kau hanya akan diam. Kau hanya akan terus membaca, mencerna, dan menanti apa yang selanjutnya akan tertuang dalam ruang sederhana nan sepi ini. Dari apa yang kurasakan dan kucoba sampaikan.

Tulisan ini, mungkin juga akan kau tumpahkan dalam lembaran kasar tinta yang tercetak rapih pada kertas putih polos sebagai buktimu untukku. Bahwa kau mengetahui segalanya tentangku. Tentang apa yang terlintas dalam pilihanku. Tentang keluhku. Dan tentang kenapa aku tak pernah coba sampaikan padamu. Kau tahu ketakutanku. Kau tahu lukaku. Dan bahkan kau mungkin sudah terlalu lelah untuk selalu coba mengerti dan memahamiku.

Rasa sayang, cinta.. dan semua perasaan terhormat dan menyenangkan itu. Entah sampai kapan akan benar-benar kau junjung dalam keagungan perasaan yang kau coba sampaikan padaku. Entah kapan aku akan dapat mengerti. Dan entah kapan kita akan dapat saling berhenti menyakiti.

Suatu saat nanti, bilamana kau tahu tentang ini. Entah sudah berapa orang yang kau hantarkan matanya untuk membaca. Membocorkan dan membagi semua yang seharusnya dapat kusimpan untuk diriku sendiri. Satu-satunya kesenanganku yang mampu menenangkanku.


I feel like a loser
Source

Rabu, 13 Juni 2012

Intermezzo in the morning

"Hi Jo, apa kabar?"
...

Saya sungguh ingin mengucapkan kalimat itu kepadanya. Mungkin ia akan menganggap sapaan itu sebagai sapaan basi. Atau ia akan mencibir dengan mengatakan bahwa saya sudah bahagia. Tapi bukankah ia menginginkan saya bahagia? Begitu juga saya ingin ia bahagia. Setidaknya, bila ia sungguh tak rela melepas saya. Tapi ia tetap menghilang begitu saja. Tidak ada satupun berita yang saya dengar tentangnya. Mungkin ia kini tengah menyibukkan diri dengan obsesinya menjadi master di bidang networking, mengejar mimpinya. Atau mungkin juga ia telah menemukan pengganti saya. Bahkan mungkin juga ia malah masih terobsesi dengan ketertarikannya dengan merah muda, wanita yang saya pernah hendak jodohkan dengannya meski saya sungguh tak rela. Mungkin.

Ia memang berhak marah dan menjauhi saya. Karena sayalah yang lebih dulu menyingkir darinya. Membiarkannya tertatih dalam ruang gelap kekecewaan dan perasaan terkhianati. Tapi sesungguhnya bila saja ia mau lebih mendalami sikap saya terhadapnya. Ia tentu juga tahu bahwa ini bukanlah pilihan yang mudah untuk saya. Saya masih tetap akan menyayanginya, entah sampai kapanpun. Sebagai apapun.

Saya juga akan mencoba menerima bila ia hanya akan tersenyum sinis dan mulai mencibir bila membaca tulisan ini. Mengutuki saya dalam pikirannya bahwa bila saya benar merindukannya, saya akan menghubunginya, atau bahkan mencarinya. Tapi yang saya lakukan hanyalah menulis, mengumbar tentang betapa saya merasa bersalah padanya. Dan juga merindukannya.

Saya memang tidak berhak untuk mengguruinya, atau menyampaikan pendapatnya tentang wanita seperti apa yang pantas untuknya. Saya sudah cukup menjadi sosok yang sok tahu dimatanya. Jadi, mungkin saya hanya akan mencoba bertahan untuk mendoakannya. Ia mungkin akan meninggalkan blog ini sebagai tempat yang mungkin dulu sering dikunjunginya, tapi saya sudah katakan padanya. Mau siapapun yang akan protes mengenai tulisan saya, saya akan tetap menulis. Dimanapun, bagaimanapun caranya. Jika saya katakan untuk berhenti berharap tentang merah muda, juga lady in red, atau tentang saya.. saya sudah tidak tahu bagaimana reaksi yang akan disampaikannya. Mungkin saya akan dibilangnya sok tahu atau saya disuruhnya untuk tidak ikut campur lagi terhadap urusan pribadinya.

Dan bila suatu hari nanti ia kemudian telah menemukan pengganti saya, mungkin saya jadi orang yang tidak akan pernah diberitahukannya secara langsung. Saya pahami, sayalah yang bersalah. Ia wajar memperlakukan saya buruk. Sungguh sangat wajar. Bahkan mungkin hari bahagianya merupakan momen sunyi yang hanya akan mungkin saya ketahui dari orang lain, atau tidak sama sekali.

Saya tahu ia juga ingin bahagia. Demikian juga saya. Dan itu mungkin tidak akan dapat kami raih secara bersamaan. Tapi bagaimanapun ia bahagia, saya akan mencoba untuk senang. Bagaimanapun.. ia masih merupakan apapun yang saya sayangi..
...


"Baik-baik kamu. Salam buat ibumu, Bapak, Kakak, Rafa, Raka.. jaga kesehatan.."


Tawa seperti ini saat kita berteman dulu, akankah kembali, Jo?
Source

Tak apa kau akhirnya mulai bisa melupakanku. Bahkan sebagai temanpun aku mungkin tak akan sanggup melebihi lady in red. Sungguh..

Senin, 11 Juni 2012

Simpan saja

Memangnya kenapa kalau kau kenal dengan orang tuanya, kenal dengan tantenya, omnya, adiknya, kakaknya, sepupunya, kakeknya, neneknya, atau bahkan buyutnya sekalipun? Toh aku juga tak tahu kalau kau tidak katakan bahwa kau mengenal mereka. Dan kau berhak untuk terus menyimpan segala rasa tidak enak itu untukmu sendiri. Mungkin juga berlaku dengannya. Aku juga tak ingin peduli. Tak peduli. Sama sekali tak ada hubungannya denganku. Aku hanya ingin datang. Itu saja. Karena aku mendapatkan undangannya atas namaku. Bukankah sebuah penghormatan ia mampu menundukkan kekecewaannya atas kisahnya denganmu dulu dengan tetap mengundangmu, juga diriku?

Memang mudah mengatakan 'malas' begitu saja. Akupun sering mengucapkannya. Tapi jawaban itu tak sepantasnya kau jadikan alasan. Karena kita berdua tahu ia bukan hanya sekadar masa lalumu yang indah. Ia adalah orang yang kau perjuangkan sedemikian rupa. Dan jika bukan karena orang tuamu pernah berkeberatan dengan kehadirannya untuk mengisi hidupmu dulu, kalian mungkin telah menjadi pasangan paling bahagia saat ini. Bahkan mungkin kalian telah memiliki beberapa anak. Ini bukan sindiran, aku berhak bermain-main dengan pikiranku bukan?

Maka simpan saja semua cerita cinta yang pernah terjadi antara kalian bahkan jauh sebelumku. Aku hanya dapat menerima semua catatan romansa yang memang cukup banyak kau telah lalui, jauh sebelum bersamanya, atau bahkan setelah ceritamu dengannya tak bisa berakhir indah. Kau memang mencoba melupakannya. Tapi itu tidak bisa menyembunyikan betapa dalam hati kecilmu mungkin saja kau menyesali kisah yang terjadi setelah tak ada ia disisimu. Karena sekali lagi aku tak tahu apapun mengenai kisah cinta kalian di masa itu. Tak secuilpun. Kecuali kisah yang telah kau saring sedemikian rupa untuk sekadar menjaga perasaanku. Kau menutupinya sama sempurnanya ketika aku mengetahui kau mengutukiku dibelakang sikap baikmu padaku.

Aku memang ingin bertemu dengannya. Ingin menyaksikan dengan kepalaku sendiri ia benar bersanding. Bahkan aku ingin tahu yang sebenarnya kau pikirkan ketika kau menyampaikan berita itu padaku. Kala lembar undangan cantik itu kau berikan padaku. Menyesalkah kau telah bersamaku? Sayangkah kau pada kenyataan bahwa ia mungkin telah menyingkirkanmu dari pemujaannya selama ini terhadapmu? Aku benar tak tahu.

Dan aku ingin sekali mampu menyingkirkan pikiran gila ini. Bahwa kau mungkin tak akan pernah mampu melupakannya. Sebanding dengan pengakuanku bahwa aku mungkin tak akan pernah mampu melupakannya. Tapi bukankah kau yang meyakinkanku bahwa hanya aku satu-satunya? Mungkin kau juga tengah melindungi perasaanmu yang telah lama mengakar selama tahunan hubungan kalian.

Maka sekali lagi, simpan saja semua cerita itu untukmu sendiri. Tak usah biarkan aku tahu. Kau juga tak ingin aku akhirnya murka bukan? Mungkin saja jika kau menceritakan yang sebenarnya tentang kisah roman kalian dimasa indah dulu, kau akan merasa telah menyakitiku sedemikian rupa. Bahwa kau pernah begitu sepenuh hati menyanjungnya, bahkan mungkin masih memiliki jejak romansa itu dan terkadang terlintas penyesalan itu. Bahwa kau tak mampu mempertahankannya.

Berharap kau suatu saat mengerti dan akhirnya mau membuka segala kisahmu dengannya? Mungkin aku hanya akan terus bermimpi. Dan kau dengan senangnya menikmatiku yang menjadi bodoh tanpa tahu apapun tentang kalian dulu. Simpan saja buat kalian. Aku tetaplah akan menjadi orang yang tidak tahu kebenarannya. Simpan saja untuk kalian.

Aku merasa idiot.


Bahagiaku mungkin hanya angan, walau mungkin telah ada di tanganku..
Source


*Selamat menempuh hidup baru mbak, semoga bahagia selalu. Maaf tidak bisa datang.. Bukan aku yang berat langkah.

Minggu, 10 Juni 2012

Nanti kita akan bertemu

Assalamu'alaikum..

Apa kabar kamu, anakku? Baik-baik kan disana? Ibu juga baik disini. Masih menantimu. Menanti kedatanganmu tentu saja. Mungkin akan agak lama. Tapi bersabar ya. Begitu kita bertemu nanti, kau pasti akan sangat bahagia. Apalagi ibu, mungkin lebih bahagia darimu.

Sedang apa kau disana anakku? Ibu masih harus berusaha keras untuk mempersiapkan kebutuhanmu di dunia ini. Ibu kan bukan anak orang kaya yang bisa mendapatkan segalanya. Maka kelak ketika kau datang, tolong jadilah anak yang penuh pengertian ya sayang.. Agar ibu tidak susah dan kerepotan mengurusimu kelak. Walaupun tentu saja ibu akan berusaha memenuhi semua kebutuhanmu sekuat tenaga. Ayahmu juga pasti akan bekerja keras untukmu kelak. Maka sabar ya sayang, karena ibu dan ayah masih harus mempersiapkan banyak hal untuk kedatanganmu.

Suatu hari nanti, kau akan melihat dunia tempat ibu tinggal. Dunia ini tidak indah sayang, tapi cukup berharga untuk menyambut kedatanganmu kelak. Suatu hari nanti. Tapi kau jangan terlalu rewel ya nak, karena ibumu ini mudah panik. Kalau kau selalu menangis dan nakal, ibumu ini pasti akan sedih. Mungkin ibu tidak akan selalu bisa memenuhi semua keinginanmu, karena sekali lagi ibumu ini tidak memiliki harta dunia yang banyak. Jadilah anak yang baik dan sholeh ya. Buatlah ibu menjadi selalu tenang dan senang karena kehadiranmu.

Baiklah, kau boleh rewel. Tapi sedikit saja ya. Karena jika kau terlalu rewel, migrain ibu mungkin akan sering kambuh. Kalau ibu sakit, kau juga kan yang akan repot karena mungkin akan lebih jarang bertemu ibu. Tentu ibu tidak ingin kau menjadi tertular sakit. Kau kan nanti masih akan sangat rentan dan rawan terhadap penyakit karena usiamu yang masih begitu muda dan tubuhmu yang masih begitu lembut.

Sudah dulu ya nak surat ibu. Ibu masih harus bekerja demi mempersiapkan tabungan untukmu kelak. Baik-baik disana. Janganlah nakal dan bersabarlah.. Sebentar lagi.. Sebentar lagi saja.. Nanti kita akan bertemu.

Assalamu'alaikum..


Tidur yang nyenyak anakku, sampai kau akan bertemu denganku nanti..
Source


Jumat, 08 Juni 2012

Dear Alaa..

Salam..
Happy birthday!
 ...

Biasanya aku akan menyempatkan diri untuk terbangun dan menyalakan messenger-ku sekadar untuk menunggumu muncul pada layar messenger-ku. Lalu kau akan mengirimiku Buzz!!! yang di sertai sapaan khasmu.

How's life? How's mom and sisters?

Ibuku baik, Al. Hanya saja hubungan sudah tidak mengalir seperti dulu. Adik-adikku baik. Mereka sudah hampir memiliki kehidupannya sendiri-sendiri.

How's yours?

Andai aku bisa bilang bahwa aku bahagia. Aku sudah tentu akan menambahkan icon dansa dan senyum lebar pada layar messenger-ku. Aku bukannya tidak bahagia, Al. Aku hanya merasakan begitu banyak kekurangan.

Oh, dear.. you know i'll always be there for you. Just smile, and call me whenever you need me, i'll be there.

Aku tahu. Kau tentu akan disana. Aku adalah adikmu yang paling kau sayang bukan? Bila saja dulu kita tidak pernah berseteru mengenai keseriusan hubungan yang akan kemungkinan kita jalani bersama, mungkin aku sudah mendampingimu hidup di belahan dunia sana. Tapi aku tidak mungkin jauh dari keluargaku, dan kau tahu itu. Lagipula, aku bukanlah wanita arab yang akan ibumu sayangi. Walaupun kau mati-matian akan membelaku.

Tidak ada ucapan ataupun surat elektronik yang ku kirimkan untukmu tahun ini ya Al? Semata karena aku tengah kesal dengan kehidupanku. Dan aku tidak ingin melibatkanmu untuk ikut turut dalam sedihku. Kau akan ikut sedih bukan? Seperti setiap kali aku menangis dan kau akan berusaha bagaimanapun caranya untuk membuatku kembali tersenyum.

Tentu saja aku ingat masa lucu ketika kau menari di hadapanku hanya untuk membuatku tersenyum. Juga ketika suasana tegang tiba-tiba harus terhadang karena patroli tentara di negaramu tinggal saat itu. Konflik disana masih juga belum berhenti ya? Kau pasti ingat aku sampai tidak tidur semalaman hanya karena mengkhawatirkanmu. Aku masih ingat suara tembakan dan baku hantam di depan kamarmu dini hari itu. Bahkan ketika tentara di negaramu itu tiba-tiba menggedor pintu rumahmu. Ah, Al.. bagaimana kau bisa hidup dalam ketegangan seperti itu setiap saat?

Aku sungguh mengkhawatirkanmu. Tapi bagaimana aku bisa membantumu?

Allah will always be with you, and be with me. We just have to pray

Itu kan yang akan selalu kau ucapkan untuk menenangkanku. Maaf ya Al, aku tidak mengucapkannya seperti biasanya di tahun ini.  Aku tidak melupakanmu. Karena aku ingat. Tanggal lima ini seharusnya kau sudah menerima surat elektronikku. Tapi aku tidak mengirimimu apa-apa. Aku hanya berdoa..

Selamat ulang tahun Alaa*,
Semoga Alloh selalu bersamamu, menyertai dalam setiap langkahmu dan keselamatanmu.
Be safe..


May you be safe always and Allah be with you..
Source





*Ia adalah seseorang yang istimewa untuk saya, tinggal di daerah konflik Palestina dan hidup dalam keseharian dimana nyawa begitu sangat berharga setiap detiknya. Kakak saya, sahabat saya, teman saya, orang yang saya kasihi..

Kamis, 07 Juni 2012

Aku yang bukan aku

"Gue tuh iri ya sama lu Vi, lu tuh kayaknya seneng terus gitu. Nggak pernah sedih. Enak banget ya jadi lu!"

Ketika beberapa kali kalimat itu meluncur dari salah satu rekan kerja saya, waktu itu saya hanya diam saja sambil cengengesan.

"Hidup lu tuh enak banget ya!"

Itu hanyalah beberapa dari banyak komentar yang saya sering dengar dari orang-orang di sekeliling saya. Orang-orang yang hanya dapat melihat bahwa wajah saya selalu sumringah, senyum saya selalu merekah, dan tawa selalu nyaring terdengar. Bagaimanapun, saya tidak menyalahkan mereka. Mereka adalah orang luar, tidak pernah tahu siapa saya yang sesungguhnya. Tidak pernah mengenal saya secara pribadi. Mereka hanyalah mereka. Yang hanya mampu menilai, tanpa merasakan.

Saya sudah beberapa kali menolak ajakan teman-teman lama saya untuk makan diluar. Awalnya hanya satu orang teman lama saya yang kantornya kebetulan tidak cukup jauh dari tempat saya bekerja. Lalu perlahan beberapa teman lama yang dulu sering berkumpul dengan saya mulai kebetulan juga berkantor di lingkungan yang dekat. Dan sejak itu undangan untuk makan diluar datang secara berkala. Kebanyakkan setiap hari jumat. Saya tidak akan pernah menolak jika saja keadaan saya lebih baik. Setidaknya saya mampu menyisihkan untuk membeli makanan agak mewah di restoran yang ada di mall tempat mereka biasa mengajak bertemu. Tapi saya harus menolak. Keuangan saya tentu akan membuat saya makin susah bernapas jika saya mengikuti ajakan mereka.

Memang bukan hanya itu alasan saya menolak. Bukan hanya keuangan. Saya masih agak kecewa dengan mereka yang saya pikir adalah teman saya. Maksud saya, sahabat saya. Saya tidak pernah tahu bahwa salah satu teman saya akan pindah satu kantor dengan teman saya yang lain yang telah lebih dulu berkantor tak jauh dari kantor saya, ataupun kemudian ketika teman saya yang lain juga akhirnya pindah kantor di sekitar kantor kami bekerja. Cukup menggelikan karena saya pikir kita adalah sahabat yang setidaknya akan saling bertukar informasi ringan tapi cukup berharga untuk dibagi bersama. Setidaknya saya pikir begitu. Maka saya memilih untuk menyepi saja dulu dari mereka. Kebetulan yang hebat karena kemudian keuangan saya memang merosot drastis.

"Sombong nih nggak pernah mau ikut makan sama kita."
"Iya, nggak kangen apa sama kita?"
"Kan tinggal naek motor, biasanya juga dulu kalo kesini naek motor kan?"

Kalian bisa saja bicara semau kalian. Bahkan juga berhak untuk tidak menerima alasan yang saya kemukakan mengenai kondisi keuangan saya. Lagipula, saya juga tidak harus menceritakan mengenai betapa menyedihkannya kantong keuangan saya kepada kalian serta tetek-bengek kehidupan yang saya tengah jalani saat ini kan? Tapi setidaknya berhentilah bicara yang kalian tidak tahu kebenarannya.


Saya memang terlihat aktif meng-update status bbm saya, juga aktif terlihat meng-upload baju-baju yang saya jualkan di group bbm, juga segala bahasa chat yang penuh humor dan tawa. Tapi itu bukan aku. Bukan aku yang yang sebenarnya. Kalian kan hanya bisa melihat bahwa aku tertawa, seolah-olah tidak pernah menderita, lalu melenggang dalam hidup penuh kebahagiaan tiada berbatas. 

Saya juga tidak ingin dikasihani dengan menceritakan kisah saya kepada mereka hanya untuk kemudian mereka beranggapan bahwa saya terlalu pintar untuk menutupinya selama ini. Saya juga bukannya tidak tahu bahwa mereka seringkali membahas tentang saya dibelakang saya. Saya biarkan saja. Saya pernah berurusan dengan orang seperti itu. Yang usik di belakang orang hanya karena mereka kekurangan bahan untuk di perbincangkan dengan yang lainnya. Yang membuat saya kemudian menjauhi mereka. Bahkan mungkin meminimalisir kontak komunikasi saya dengan mereka.

Tapi kalian sahabat saya. Setidaknya itulah yang saya pikir saya ingin anggap kalian dimata saya. Mungkin saya salah. Mungkin juga tidak. Tapi setidaknya saya merasakan kecewa itu lagi. Dan lagi. Entah sampai kapan. Kalian silahkan saja melihat aku yang bukan aku. Semau kalian mau. Saya hanya akan menjadi diri saya sendiri, setidaknya hanya diri saya sendiri yang mampu mengerti saya.


Bertemu kalian juga mungkin hanya akan membuat saya merasa sendiri di keramaian. Sudah hilang kata..
Source



Selasa, 05 Juni 2012

Afternoon numb

Rasanya hanya ingin menangis. Situasi ini, dan semua yang tidak menyenangkan ini.. enyahlah cepat. Kepala saya sakit, perut saya sakit. Menstruasi dan tekanan ini begitu mengerikan bahkan untuk dapat saya bayangkan. Tapi saya mengalaminya. Dan sedang berjuang melewati semuanya dengan baik. Mencari tambahan untuk menutupi kebutuhan adik saya yang paling kecil yang biaya sekolahnya begitu mahal. Bahkan hanya untuk satu mata kuliah saya harus membuat kami menjadi begitu deras memeras otak untuk dapat menutupinya.


Uang yang saya miliki masih jauh dari cukup untuk dapat saya andalkan  bahkan sampai akhir bulan ini. Dan saya sudah muak harus pinjam sana-sini hanya untuk gali lobang tutup lobang sementara hutang saya juga jadinya tidak pernah dapat tertutup sempurna. Saya lelah. Gerah. Putus asa.

Hubungan ini, kekakuan ini, perasaan janggal ini, dan segalanya yang tidak pernah terlihat benar di mata saya bahkan jauh sebelum semua kekacauan itu terjadi, sepertinya menjadi lebih buruk. Saya lelah mengadu. Saya lelah menangis. Saya sungguh lelah menjadi tidak bisa berbuat banyak. Bahkan saya mungkin lelah menjadi diri saya sendiri. Entah akan jadi apa saya kelak. Seketika saya bahkan seperti tak mampu merasakan tulang belulang saya. Bahkan pikiran saya sudah seperti meracau entah bahasa apa karena saya tidak paham. Ini sebuah kemunduran. Sebuah kegagalan.. mungkin saya hanya tinggal menunggu semuanya hancur dan merasakan kerusakan yang lebih parah.


Padahal ini masih siang, masih cukup lama untuk jam kerja saya berakhir. Tapi siang ini terasa seperti hampa.. saya seperti mati rasa.. di siang ini.


sumber

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...