...
Saya sungguh ingin mengucapkan kalimat itu kepadanya. Mungkin ia akan menganggap sapaan itu sebagai sapaan basi. Atau ia akan mencibir dengan mengatakan bahwa saya sudah bahagia. Tapi bukankah ia menginginkan saya bahagia? Begitu juga saya ingin ia bahagia. Setidaknya, bila ia sungguh tak rela melepas saya. Tapi ia tetap menghilang begitu saja. Tidak ada satupun berita yang saya dengar tentangnya. Mungkin ia kini tengah menyibukkan diri dengan obsesinya menjadi master di bidang networking, mengejar mimpinya. Atau mungkin juga ia telah menemukan pengganti saya. Bahkan mungkin juga ia malah masih terobsesi dengan ketertarikannya dengan merah muda, wanita yang saya pernah hendak jodohkan dengannya meski saya sungguh tak rela. Mungkin.
Ia memang berhak marah dan menjauhi saya. Karena sayalah yang lebih dulu menyingkir darinya. Membiarkannya tertatih dalam ruang gelap kekecewaan dan perasaan terkhianati. Tapi sesungguhnya bila saja ia mau lebih mendalami sikap saya terhadapnya. Ia tentu juga tahu bahwa ini bukanlah pilihan yang mudah untuk saya. Saya masih tetap akan menyayanginya, entah sampai kapanpun. Sebagai apapun.
Saya juga akan mencoba menerima bila ia hanya akan tersenyum sinis dan mulai mencibir bila membaca tulisan ini. Mengutuki saya dalam pikirannya bahwa bila saya benar merindukannya, saya akan menghubunginya, atau bahkan mencarinya. Tapi yang saya lakukan hanyalah menulis, mengumbar tentang betapa saya merasa bersalah padanya. Dan juga merindukannya.
Saya memang tidak berhak untuk mengguruinya, atau menyampaikan pendapatnya tentang wanita seperti apa yang pantas untuknya. Saya sudah cukup menjadi sosok yang sok tahu dimatanya. Jadi, mungkin saya hanya akan mencoba bertahan untuk mendoakannya. Ia mungkin akan meninggalkan blog ini sebagai tempat yang mungkin dulu sering dikunjunginya, tapi saya sudah katakan padanya. Mau siapapun yang akan protes mengenai tulisan saya, saya akan tetap menulis. Dimanapun, bagaimanapun caranya. Jika saya katakan untuk berhenti berharap tentang merah muda, juga lady in red, atau tentang saya.. saya sudah tidak tahu bagaimana reaksi yang akan disampaikannya. Mungkin saya akan dibilangnya sok tahu atau saya disuruhnya untuk tidak ikut campur lagi terhadap urusan pribadinya.
Dan bila suatu hari nanti ia kemudian telah menemukan pengganti saya, mungkin saya jadi orang yang tidak akan pernah diberitahukannya secara langsung. Saya pahami, sayalah yang bersalah. Ia wajar memperlakukan saya buruk. Sungguh sangat wajar. Bahkan mungkin hari bahagianya merupakan momen sunyi yang hanya akan mungkin saya ketahui dari orang lain, atau tidak sama sekali.
Saya tahu ia juga ingin bahagia. Demikian juga saya. Dan itu mungkin tidak akan dapat kami raih secara bersamaan. Tapi bagaimanapun ia bahagia, saya akan mencoba untuk senang. Bagaimanapun.. ia masih merupakan apapun yang saya sayangi..
...
"Baik-baik kamu. Salam buat ibumu, Bapak, Kakak, Rafa, Raka.. jaga kesehatan.."
Tawa seperti ini saat kita berteman dulu, akankah kembali, Jo? Source |
Tak apa kau akhirnya mulai bisa melupakanku. Bahkan sebagai temanpun aku mungkin tak akan sanggup melebihi lady in red. Sungguh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar