Kamis, 07 Juni 2012

Aku yang bukan aku

"Gue tuh iri ya sama lu Vi, lu tuh kayaknya seneng terus gitu. Nggak pernah sedih. Enak banget ya jadi lu!"

Ketika beberapa kali kalimat itu meluncur dari salah satu rekan kerja saya, waktu itu saya hanya diam saja sambil cengengesan.

"Hidup lu tuh enak banget ya!"

Itu hanyalah beberapa dari banyak komentar yang saya sering dengar dari orang-orang di sekeliling saya. Orang-orang yang hanya dapat melihat bahwa wajah saya selalu sumringah, senyum saya selalu merekah, dan tawa selalu nyaring terdengar. Bagaimanapun, saya tidak menyalahkan mereka. Mereka adalah orang luar, tidak pernah tahu siapa saya yang sesungguhnya. Tidak pernah mengenal saya secara pribadi. Mereka hanyalah mereka. Yang hanya mampu menilai, tanpa merasakan.

Saya sudah beberapa kali menolak ajakan teman-teman lama saya untuk makan diluar. Awalnya hanya satu orang teman lama saya yang kantornya kebetulan tidak cukup jauh dari tempat saya bekerja. Lalu perlahan beberapa teman lama yang dulu sering berkumpul dengan saya mulai kebetulan juga berkantor di lingkungan yang dekat. Dan sejak itu undangan untuk makan diluar datang secara berkala. Kebanyakkan setiap hari jumat. Saya tidak akan pernah menolak jika saja keadaan saya lebih baik. Setidaknya saya mampu menyisihkan untuk membeli makanan agak mewah di restoran yang ada di mall tempat mereka biasa mengajak bertemu. Tapi saya harus menolak. Keuangan saya tentu akan membuat saya makin susah bernapas jika saya mengikuti ajakan mereka.

Memang bukan hanya itu alasan saya menolak. Bukan hanya keuangan. Saya masih agak kecewa dengan mereka yang saya pikir adalah teman saya. Maksud saya, sahabat saya. Saya tidak pernah tahu bahwa salah satu teman saya akan pindah satu kantor dengan teman saya yang lain yang telah lebih dulu berkantor tak jauh dari kantor saya, ataupun kemudian ketika teman saya yang lain juga akhirnya pindah kantor di sekitar kantor kami bekerja. Cukup menggelikan karena saya pikir kita adalah sahabat yang setidaknya akan saling bertukar informasi ringan tapi cukup berharga untuk dibagi bersama. Setidaknya saya pikir begitu. Maka saya memilih untuk menyepi saja dulu dari mereka. Kebetulan yang hebat karena kemudian keuangan saya memang merosot drastis.

"Sombong nih nggak pernah mau ikut makan sama kita."
"Iya, nggak kangen apa sama kita?"
"Kan tinggal naek motor, biasanya juga dulu kalo kesini naek motor kan?"

Kalian bisa saja bicara semau kalian. Bahkan juga berhak untuk tidak menerima alasan yang saya kemukakan mengenai kondisi keuangan saya. Lagipula, saya juga tidak harus menceritakan mengenai betapa menyedihkannya kantong keuangan saya kepada kalian serta tetek-bengek kehidupan yang saya tengah jalani saat ini kan? Tapi setidaknya berhentilah bicara yang kalian tidak tahu kebenarannya.


Saya memang terlihat aktif meng-update status bbm saya, juga aktif terlihat meng-upload baju-baju yang saya jualkan di group bbm, juga segala bahasa chat yang penuh humor dan tawa. Tapi itu bukan aku. Bukan aku yang yang sebenarnya. Kalian kan hanya bisa melihat bahwa aku tertawa, seolah-olah tidak pernah menderita, lalu melenggang dalam hidup penuh kebahagiaan tiada berbatas. 

Saya juga tidak ingin dikasihani dengan menceritakan kisah saya kepada mereka hanya untuk kemudian mereka beranggapan bahwa saya terlalu pintar untuk menutupinya selama ini. Saya juga bukannya tidak tahu bahwa mereka seringkali membahas tentang saya dibelakang saya. Saya biarkan saja. Saya pernah berurusan dengan orang seperti itu. Yang usik di belakang orang hanya karena mereka kekurangan bahan untuk di perbincangkan dengan yang lainnya. Yang membuat saya kemudian menjauhi mereka. Bahkan mungkin meminimalisir kontak komunikasi saya dengan mereka.

Tapi kalian sahabat saya. Setidaknya itulah yang saya pikir saya ingin anggap kalian dimata saya. Mungkin saya salah. Mungkin juga tidak. Tapi setidaknya saya merasakan kecewa itu lagi. Dan lagi. Entah sampai kapan. Kalian silahkan saja melihat aku yang bukan aku. Semau kalian mau. Saya hanya akan menjadi diri saya sendiri, setidaknya hanya diri saya sendiri yang mampu mengerti saya.


Bertemu kalian juga mungkin hanya akan membuat saya merasa sendiri di keramaian. Sudah hilang kata..
Source



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...