Kamis, 29 November 2012

(Learning to..) Be positif, and for Gaza

Saya masih berusaha memiliki pikiran positif terhadap apapun yang menimpa saya. 

Mengenai penyakit ibu yang masih belum pasti, saya hanya dapat berdoa lebih khusus untuk beliau karena bantuan dana masih belum dapat saya lakukan. Paling mudah adalah meminta kepadaNya, dan itu yang selalu saya bawa dalam doa saya. Semoga ibu dicukupkan segala penyakit dan penderitaannya, sehingga Alloh Maha Baik tidak akan menambah lagi penyakit dan penderitaannya. Cukuplah ibu sehat dan panjang umur, saya sudah tenang.

Rumah kontrakan saya baru saja kebanjiran saat hujan begitu hebatnya tempo hari. Beberapa barang saya terendam banjir karena air masuk dari luar kedalam rumah, dan dari kamar mandi airnya meluap sehingga membanjiri bagian dalam rumah. Benda paling mahal yang menyita perhatian saya adalah baterai notebook saya yang ikut terendam air. Beruntung Notebook sayaa selamat karena diletakkan di atas kursi. Sementara kasur, beberapa buku, dan barang-barang lainnya sudah harus dipasrahkan karena terendam air setinggi 5cm. Toh saya masih harus bersyukur banjirnya hanya setinggi itu, berbeda dengan kawasan lain yang bahkan bisa sampai ukuran meter. 

Biaya yang dikeluarkan memang cukup besar untuk memperbaiki apa yang telah rusak karena terendam air, apalagi dengan sulitnya keuangan saya sampai saat ini. Tetapi masih lebih baik dibanding yang rumahnya terendam air sampai bermeter-meter bukan? 

Masih bagus juga saya tidak perlu mengeluarkan uang makan karena kantin kantor saya menyediakan makan siang, sehingga sedikit banyak saya bisa menghemat uang makan siang walau menunya harus mengikuti selera kantin. 

Paling tidak, semua itu lebih baik dibanding derita penduduk, terutama anak-anak Gaza yang harus makan di dalam suasana horor karena berondongan senjata maupun bom. Untunglah teman saya yang tinggal di Palestina berada jauh dari jalur yang entah sampai kapan akan menemukan kedamaiannya itu.


I'm sure you're all get what you deserve to get, SOON
Source


 


Selasa, 20 November 2012

Jakarta, Part 1 (tidak cantik)

Jakarta itu entah bagaimana lagi mengungkapkannya. Saya sudah begitu kehabisan kata untuk mengatakan keluh saya terhadap kota ini. Mungkin karena sudah sejak dulu saya tidak pernah menyukai kota ini, jadilah apa yang telah saya terlanjur tanam didalam pikiran saya membuat saya semakin tidak menyukai Jakarta. Jika memang saya mendapatkan kesempatan untuk tidak mencari penghidupan disini, mungkin saya tidak akan menjadi seringkih ini. Migrain, kemudian menjadi Vertigo, belum lagi mood saya yang menjadi semakin amburadul. Sejak mengenal Jakarta ketika saya harus kuliah didaerah Panglima Polim, saya tidak pernah menyukainya sampai saat ini. Terutama memang karena macetnya.

Terkadang saya memang terpaksa menggunakan motor untuk bekerja. Karena berangkat ke kantor di hari senin dan jumat dengan kendaraan umum adalah  bencana menurut saya. Macetnya itu sudah bukan kepalang lagi. Speechless rasanya. Beneran!

Pakai motor memang capek juga, tapi mendingan dibanding harus duduk diam didalam sebuah kotak besi dan terjebak kemacetan dijalan yang bising. Hiburan saya satu-satunya mungkin jika saya memang bisa pakai motor buat ke kantor. Memang kadang macet juga, tapi mendingan daripada harus terjebak dalam suasana tidak bisa bergerak ditengah kemacetan.

Orang-orang banyak bilang kalau Jakarta itu cantik. Mungkin diantara sekian banyak yang mengatakan bahwa Jakarta itu cantik, saya adalah minoritasnya. Memang penghidupan saya disini, tetapi bukan berarti saya akan selamanya dan mau dengan senang hati tinggal di kota ini. Saya lebih menyukai tempat saya tinggal. Kota pinggiran Jakarta, yang tidak ada Kopaja atau Metromini berseliweran menyebarkan asap-asap hitamnya, cukup dengan angkutan kecil saja. Macet memang di beberapa tempat, tapi lebih sehat dibandingkan Jakarta.

Memang bekerja di Jakarta bergaji besar? Saya memiliki gaji yang lumayan, meski setiap bulannya masih kurang. Meski gaji saya yang saya bilang lumayan itu adalah gaji terkecil diantara staff di departemen saya. Berkali-kali saya ingin berhenti, memutuskan untuk mencari kerja di tempat tinggal saya saja. Tetapi mencari kerja di usia saya sungguh tidak mudah. Saya terlanjur sudah harus mempertahankan apa yang saya miliki dulu disini. Setidaknya sampai suatu saat nanti memang waktunya saya berhenti. Berkarir secara independen saja. Berdagang, menulis, ataupun hanya menjadi ibu rumah tangga yang bersahaja.

Sama sekali saya tidak ingin menghabiskan waktu saya disini. Kota ini, terlalu tidak cocok untuk gaya saya.


Sama sekali tidak cantik kan?
Source


Selasa, 13 November 2012

It's my sister's day!

Ia menjadi semakin kuat..
Semakin dewasa..
Dan semakin cantik..

Ia, adikku yang manis..
Hari ini berulang tahun..



SELAMAT HARI LAHIR

                                     Wish you all the best




Source

With warm hug and kisses,
Your sister

Senin, 12 November 2012

On your wedding day

Walau bagaimanapun, kau adalah sahabatku. Kau yang paling lama ku kenal. Dan kau adalah satu-satunya yang mampu terus berhubungan denganku. Sejak kita kecil. Bahkan mungkin sejak kita belum mengenal apa itu kehidupan yang sebenarnya. Aku merindukanmu. Dan itu yang membuat hariku bergetar ketika akhirnya aku menghadiri pernikahanmu. Dimana aku harus bertahan untuk tidak menangis. Karena sungguhnya aku menyangimu..

Saya tahu seharusnya sabtu kemarin saya publish tulisan ini. Tapi saya tidak sempat-sempat melakukannya. Maka disini saya hanya ingin mengucapkan selamat berbahagia untuknya. Ia yang telah mengarungi suka duka senang dan sedih bersama saya. Walau bagaimanapun keadaan masing-masing kita.

Aku pernah begitu marahnya padamu. Begitu kesal dan bencinya. Namun tak dapat ku pungkiri ketika aku memelukmu saat itu, aku seperti lumpuh. Rasanya hanya ingin menangis. Aku memang merindukanmu. Namun semua teka-teki yang terjadi pada masa lampau itu seperti belum akan hilang. Meski kita masing-masing tahu, bahwa ada yang salah. Namun seperti biasa. Ketika aku mengecewakanmu suatu saat dulu, dan ketika kau membuatku begitu marahnya ketika itu dulu, semua itu akan segera berakhir. 

Karena bagaimanapun, kita adalah sahabat. Kita hanya harus mempertahankan apa yang pernah kita miliki sejak dulu. Sesuatu yang manis. Yang seharusnya abadi. Karena sahabat seharusnya lebih bisa menghilangkan jejak kasar dan kerikil tajam menjadi halus dan menentramkan, bukan?

Semoga berakhir sudah cerita sendu dan gurat kecewa yang dulu pernah mengisi harimu. 

Bahagialah..


Selamat menempuh hidup baru
Source

Jumat, 09 November 2012

About the absences



Setidaknya biarkan aku menjadi temanmu. Mungkin tak akan merubah apapun. Kau yang terlanjur membenciku. Aku yang terlanjur membatasi diri untuk berhubungan denganmu. Dan pihak lain yang terlanjur membenci hubungan aneh antara kita. 

Aku tidak menyalahkan siapapun. Bagaimanapun, bukankah aku harus memaafkan? Dan aku memilih untuk nyaman melupakan, dengan tidak pernah harus berurusan dengan yang telah ku maafkan. Itu bukan termasuk dirimu. Kau berbeda. Dan hanya kita yang akan mengerti.

Meski mungkin kau telah memutuskan untuk melepaskanku. Dan aku telah memutuskan untuk pergi. Tapi tidak bisakah kita tetap berteman? Seperti awal pertemuan kita dulu? Aku yang tak perlu menghindarimu. Kau yang tak perlu melontarkan caci maki padaku pada setiap saat kau harus kembali terhubung denganku.
Aku bahagia, Jo. Sungguh. Dan bila kau Tanya apa aku benar-benar bahagia. Aku tidak akan bisa menjawabnya. Karena tidak ada yang sempurna. Ia yang tak akan pernah sempurna dimatamu. Kau yang tak akan pernah menjadi benar dimatanya. Dan aku yang akan selalu berada di tengah kalian dalam kebingungan dan ketakutan. Tapi aku bisa katakan padamu bahwa aku bahagia.

“Dia Cuma nggak pengen lo jadi nggak bahagia. Itu aja sebenernya.”

Tentu saja penjabaran bahagia menurutku bukan hanya karena akhirnya aku memilih untuk membelanya, dan bersamanya. Meski seharusnya kau juga tahu, bahwa bahagiaku ini tak akan pernah utuh jika aku juga kehilanganmu sepenuhnya. Ini adalah satu dari sedikit harapanku untuk dapat menempatkan posisiku pada posisi kita semua, berteman. 

Akupun tahu. Mungkin kau sudah terlalu muak denganku. Dengan segala kebimbangan dan ocehanku tentang arti bahagia. Arti ia untukku, artimu untukku. Dan arti pilihanku. Tapi aku masih berharap, Jo.. sedikit saja kau akan bersikap manis padaku. Setidaknya jangan biarkan aku berfikir bahwa kau dapat bersikap manis pada lady in red dengan apa yang telah ia lakukan terhadapmu, dibanding apa yang telah kulakukan terhadapmu.

Bagaimanapun, aku tetap masih merasa iri pada sikapmu padanya. Kau yang telah nyata-nyata mengetahui bagaimana ia berlaku padamu, namun tetap mendapatkan perlakuan baik darimu. Dan aku, pada akhirnya memang hanya akan menjadi outsider untukmu. Mungkin kau telanjur terlalu nyaman untuk  memperlakukanku dengan buruk. Dan ia akan tetap selalu mendapatkan kehormatan untuk mendapat keistimewaan itu darimu. Apapun itu.. aku tidak setidakpeduli itu terhadap bagaimana kau memperlakukanku.

Setidaknya, berilah aku kabar. Bahkan jika akhirnya yang kau dapatkan hanya respond datar dariku. Namun kau juga sungguhnya harus tahu bahwa aku dapat tenang hanya dengan mengetahui kau masih mengingatku. Sesederhana itu.. Jo,


Source

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...