Setidaknya biarkan aku menjadi temanmu. Mungkin tak akan
merubah apapun. Kau yang terlanjur membenciku. Aku yang terlanjur membatasi
diri untuk berhubungan denganmu. Dan pihak lain yang terlanjur membenci
hubungan aneh antara kita.
Aku tidak menyalahkan siapapun. Bagaimanapun, bukankah aku
harus memaafkan? Dan aku memilih untuk nyaman melupakan, dengan tidak pernah
harus berurusan dengan yang telah ku maafkan. Itu bukan termasuk dirimu. Kau
berbeda. Dan hanya kita yang akan mengerti.
Meski mungkin kau telah memutuskan untuk melepaskanku. Dan aku
telah memutuskan untuk pergi. Tapi tidak bisakah kita tetap berteman? Seperti
awal pertemuan kita dulu? Aku yang tak perlu menghindarimu. Kau yang tak perlu
melontarkan caci maki padaku pada setiap saat kau harus kembali terhubung
denganku.
Aku bahagia, Jo. Sungguh. Dan bila kau Tanya apa aku
benar-benar bahagia. Aku tidak akan bisa menjawabnya. Karena tidak ada yang
sempurna. Ia yang tak akan pernah sempurna dimatamu. Kau yang tak akan pernah
menjadi benar dimatanya. Dan aku yang akan selalu berada di tengah kalian dalam
kebingungan dan ketakutan. Tapi aku bisa katakan padamu bahwa aku bahagia.
“Dia Cuma nggak pengen lo jadi nggak bahagia. Itu aja
sebenernya.”
Tentu saja penjabaran bahagia menurutku bukan hanya karena akhirnya
aku memilih untuk membelanya, dan bersamanya. Meski seharusnya kau juga tahu,
bahwa bahagiaku ini tak akan pernah utuh jika aku juga kehilanganmu sepenuhnya.
Ini adalah satu dari sedikit harapanku untuk dapat menempatkan posisiku pada
posisi kita semua, berteman.
Akupun tahu. Mungkin kau sudah terlalu muak denganku. Dengan
segala kebimbangan dan ocehanku tentang arti bahagia. Arti ia untukku, artimu
untukku. Dan arti pilihanku. Tapi aku masih berharap, Jo.. sedikit saja kau
akan bersikap manis padaku. Setidaknya jangan biarkan aku berfikir bahwa kau
dapat bersikap manis pada lady in red dengan apa yang telah ia lakukan
terhadapmu, dibanding apa yang telah kulakukan terhadapmu.
Bagaimanapun, aku tetap masih merasa iri pada sikapmu
padanya. Kau yang telah nyata-nyata mengetahui bagaimana ia berlaku padamu,
namun tetap mendapatkan perlakuan baik darimu. Dan aku, pada akhirnya memang
hanya akan menjadi outsider untukmu. Mungkin kau telanjur terlalu nyaman untuk
memperlakukanku dengan buruk. Dan ia akan tetap selalu mendapatkan kehormatan
untuk mendapat keistimewaan itu darimu. Apapun itu.. aku tidak setidakpeduli
itu terhadap bagaimana kau memperlakukanku.
Setidaknya, berilah aku kabar. Bahkan jika akhirnya yang kau
dapatkan hanya respond datar dariku. Namun kau juga sungguhnya harus tahu bahwa
aku dapat tenang hanya dengan mengetahui kau masih mengingatku. Sesederhana
itu.. Jo,
Source |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar