Terkadang saya memang terpaksa menggunakan motor untuk bekerja. Karena berangkat ke kantor di hari senin dan jumat dengan kendaraan umum adalah bencana menurut saya. Macetnya itu sudah bukan kepalang lagi. Speechless rasanya. Beneran!
Pakai motor memang capek juga, tapi mendingan dibanding harus duduk diam didalam sebuah kotak besi dan terjebak kemacetan dijalan yang bising. Hiburan saya satu-satunya mungkin jika saya memang bisa pakai motor buat ke kantor. Memang kadang macet juga, tapi mendingan daripada harus terjebak dalam suasana tidak bisa bergerak ditengah kemacetan.
Orang-orang banyak bilang kalau Jakarta itu cantik. Mungkin diantara sekian banyak yang mengatakan bahwa Jakarta itu cantik, saya adalah minoritasnya. Memang penghidupan saya disini, tetapi bukan berarti saya akan selamanya dan mau dengan senang hati tinggal di kota ini. Saya lebih menyukai tempat saya tinggal. Kota pinggiran Jakarta, yang tidak ada Kopaja atau Metromini berseliweran menyebarkan asap-asap hitamnya, cukup dengan angkutan kecil saja. Macet memang di beberapa tempat, tapi lebih sehat dibandingkan Jakarta.
Memang bekerja di Jakarta bergaji besar? Saya memiliki gaji yang lumayan, meski setiap bulannya masih kurang. Meski gaji saya yang saya bilang lumayan itu adalah gaji terkecil diantara staff di departemen saya. Berkali-kali saya ingin berhenti, memutuskan untuk mencari kerja di tempat tinggal saya saja. Tetapi mencari kerja di usia saya sungguh tidak mudah. Saya terlanjur sudah harus mempertahankan apa yang saya miliki dulu disini. Setidaknya sampai suatu saat nanti memang waktunya saya berhenti. Berkarir secara independen saja. Berdagang, menulis, ataupun hanya menjadi ibu rumah tangga yang bersahaja.
Sama sekali saya tidak ingin menghabiskan waktu saya disini. Kota ini, terlalu tidak cocok untuk gaya saya.
Sama sekali tidak cantik kan? Source |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar