Selasa, 20 November 2012

Jakarta, Part 1 (tidak cantik)

Jakarta itu entah bagaimana lagi mengungkapkannya. Saya sudah begitu kehabisan kata untuk mengatakan keluh saya terhadap kota ini. Mungkin karena sudah sejak dulu saya tidak pernah menyukai kota ini, jadilah apa yang telah saya terlanjur tanam didalam pikiran saya membuat saya semakin tidak menyukai Jakarta. Jika memang saya mendapatkan kesempatan untuk tidak mencari penghidupan disini, mungkin saya tidak akan menjadi seringkih ini. Migrain, kemudian menjadi Vertigo, belum lagi mood saya yang menjadi semakin amburadul. Sejak mengenal Jakarta ketika saya harus kuliah didaerah Panglima Polim, saya tidak pernah menyukainya sampai saat ini. Terutama memang karena macetnya.

Terkadang saya memang terpaksa menggunakan motor untuk bekerja. Karena berangkat ke kantor di hari senin dan jumat dengan kendaraan umum adalah  bencana menurut saya. Macetnya itu sudah bukan kepalang lagi. Speechless rasanya. Beneran!

Pakai motor memang capek juga, tapi mendingan dibanding harus duduk diam didalam sebuah kotak besi dan terjebak kemacetan dijalan yang bising. Hiburan saya satu-satunya mungkin jika saya memang bisa pakai motor buat ke kantor. Memang kadang macet juga, tapi mendingan daripada harus terjebak dalam suasana tidak bisa bergerak ditengah kemacetan.

Orang-orang banyak bilang kalau Jakarta itu cantik. Mungkin diantara sekian banyak yang mengatakan bahwa Jakarta itu cantik, saya adalah minoritasnya. Memang penghidupan saya disini, tetapi bukan berarti saya akan selamanya dan mau dengan senang hati tinggal di kota ini. Saya lebih menyukai tempat saya tinggal. Kota pinggiran Jakarta, yang tidak ada Kopaja atau Metromini berseliweran menyebarkan asap-asap hitamnya, cukup dengan angkutan kecil saja. Macet memang di beberapa tempat, tapi lebih sehat dibandingkan Jakarta.

Memang bekerja di Jakarta bergaji besar? Saya memiliki gaji yang lumayan, meski setiap bulannya masih kurang. Meski gaji saya yang saya bilang lumayan itu adalah gaji terkecil diantara staff di departemen saya. Berkali-kali saya ingin berhenti, memutuskan untuk mencari kerja di tempat tinggal saya saja. Tetapi mencari kerja di usia saya sungguh tidak mudah. Saya terlanjur sudah harus mempertahankan apa yang saya miliki dulu disini. Setidaknya sampai suatu saat nanti memang waktunya saya berhenti. Berkarir secara independen saja. Berdagang, menulis, ataupun hanya menjadi ibu rumah tangga yang bersahaja.

Sama sekali saya tidak ingin menghabiskan waktu saya disini. Kota ini, terlalu tidak cocok untuk gaya saya.


Sama sekali tidak cantik kan?
Source


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...