Kamis, 30 Agustus 2012

Jelas bukan saya

Jadilah saya yang lagi-lagi paling tidak tahu semua topic yang tengah di perbincangkan. Topic yang semua orang tiba-tiba jadi membuat saya mengernyitkan kening dan bertanya dalam hati: pada ngomongin apa ini?
Saya yang tidak heboh ini, yang tidak suka bergunjing, yang memilih untuk lebih banyak memberi tanggapan positif ketimbang tanggapan lebay mengenai hal-hal yang jadi tiba-tiba jadi topic hangat.. merasa terkucil. Yah, nasib wanita kuper seperti saya ya begini ini. Tidak jarang hanya jadi salah satu personel penggembira. Yang keberadaannya bahkan kadang baru disadari ketika saya sudah tidak ada lagi. Atau mungkin bahkan tidak pernah akan disadari sama sekali.

“Eh, itu dari tadi Vi ternyata duduk disitu ya?”

Padahal saya sudah duduk disana sejak sejam yang lalu. Dan mereka baru menyadari bahwa saya ada disana hanya karena saya tidak ikut cekakak-cekikikan bercanda nggak jelas dan tidak heboh seperti halnya mereka. Saya yang lebih senang diam dan mengikuti obrolan jika memang bukan sekadar gossip, bergenit-genit ria menggoda para pria yang lewat, dan beramah-tamah yang tidak jelas. Begitulah.

Maka saya sudah dipastikan tidak akan laku untuk memiliki teman dengan pikiran sempit seperti mereka yang tahunya hanya menghabiskan uang yang dimiliki dengan pergi nonton setiap selesai gajian, makan mewah begitu terima gaji, ataupun mejeng di mall menghabiskan uang dengan belanja barang mewah. Itu bukan saya.

Dan mengenai obrolan ngalor ngidul nggak jelas yang berisi kejelekan orang lain, kelemahan orang lain, ataupun segala hina dina yang ditujukan pada orang yang mereka benci sama sekali tidak menarik buat saya. Topik seperti itu bukankah topic anak sekolahan jaman dahulu yang masih belum merasakan bahwa kehidupan bukan hanya berisi hal-hal remeh macam itu. Maka saya tentu tidak akan termasuk ke dalam pertimbangan mereka untuk diajak berkomunikasi. Karena saya tidak asyik. 

Saya tidak bisa tertawa begitu kerasnya seolah-olah saya sedang berada dirumah saya sendiri dengan orang-orang yang berasal dari satu muhrim dengan saya.  Apalagi bergenit ria dengan alasan beramah-tamah dengan pria-pria yang beredar di sekitar tempat saya berada, bahkan pada mereka yang sama sekali tidak saya kenal. Saya bukan orang yang semudah itu mengumbar ‘keramahan’. Jelas bukan saya.

Sayangnya.. lingkungan saya seperti itu. Dan ketika saya memutuskan untuk menyingkir, aka nada orang-orang baru yang menambah daftar ketidakberesan sikap yang terjadi. Sayangnya.. itulah lingkungan saya.


HAHAHA!
Source

Kamis, 23 Agustus 2012

Happy ied

SELAMAT IDUL FITRI
1433 H
Semoga semua kembali menjadi yang terbaik




Source

Jumat, 17 Agustus 2012

Tentang jilbabku

Hari ini adalah hari kemerdakaan. Yak. Tepat tiga tahun lalu di hari ini juga saya mulai memerdekakan diri saya untuk berjilbab. Mulanya memang tanpa alasan. Saya hanya ingin berubah. Toh ketika itu saya juga tidak pernah memakai pakaian yang aneh-aneh. Saya yang tomboy ini biasa mengenakan kaos gedombrongan, celana gunung, dan sendal gunung atau sendal jepit kemana-mana. Hanya saja memang rambut saya sejak kecil sampai awal-awal SMU selalu pendek. Lebih tepatnya berpotongan seperti cowok. Cepak.

Simbah Putri saya yang awalnya memperlakukan rambut saya seperti itu. Katanya biar ringkas dan tidak susah di urus. Saya sih menurut saja. Kemudian hal itu menjadi seperti habit untuk saya. Bahwa ketika rambut saya sudah menyentuh cuping telinga saya, itulah saat yang tepat untuk potong rambut.

Saya pernah dipanggil 'Mas' ketika naik angkot. Saya hampir sering berkelahi dengan anak laki-laki yang menyebalkan ketika di sekolah. Bahkan saat saya mengenyam pendidikan di madrasah seusai sekolah dulu, pun saya pernah berkelahi dengan teman sekelas saya sampai rok panjang yang saya kenakan sobek sampai mendekati bokong. Tapi saya tetap dikenal sebagai anak gadis yang baik oleh ibu saya, juga keluarga yang lainnya. Karena saya walaupun sering bermasalah, tetap saja tidak ada yang begitu signifikan dampak dari akibat perbuatan saya. Atau mungkin dulu ibu saya juga tidak terlalu memperhatikan saya karena beliau terlalu sibuk dengan kegiatan diluar rumahnya. Voli, pertemuan dengan orang tua murid adik saya yang paling kecil, koperasi, dll.

Maka ketika saya memutuskan berjilbab, semua tentu heran. Saya yang tomboy dan selalu terlihat acuh ini tiba-tiba memutuskan untuk menutup seluruh rambut yang ada di kepala saya, juga sisa aurat yang kadang terlihat. Saya memang jarang mengenakan kaos lengan pendek, karena kaos saya semua ukurannya besar-besar. Bahkan seragam sekolah saya juga ukurannya L untuk badan saya yang kurus. Rok yang saya miliki ya hanya rok sekolah, karena saya tidak suka pakaian yang tidak ringkas.

Singkatnya, mereka tentu berharap saya tetap istiqomah. Dan tentunya saya diharapkan jadi muslimah yang baik, yang jauh dari kesan tomboy, cuek, dan lainnya yang menurut mereka negatif. Saya berusaha. Toh jilbab yang saya kenakan juga bukan jilbab yang aneh-aneh. Bukan model yang sekarang mulai merajalela dengan nama hijab gaul. Saya sih memang tidak gaul. Dan saya tidak memiliki keperluan untuk memperkenalkan jilbab sebagai pakaian yang gaul karena menurut pengertian saya, jilbab ya jilbab, penutup aurat dan suatu kewajiban yang ditetapkan oleh Alloh SWT sejak lahir. Maka saya tetap jadi kuper dan tomboy. Oke, tomboy saya berkurang lumayan sejak berjilbab.

Saya masih tomboy, sedikit. Setidaknya menurut saya. Saya sudah meninggalkan celana gunung saya jauh sebelum saya kuliah di kampus baru. Lalu pakaian gombrong saya juga sudah pensiun, kecuali dirumah. Tetapi bukan berarti saya jadi pakai pakaian ketat, karena saya sungguh tidak suka dengan gaya pakaian seperti itu. Biasa saja. Celana bahan, karena saya masih harus berusaha menyingkirkan stigma negatif mengenai penggunaan rok yang kurang praktis untuk mobilitas yang sedang saya jalani saat ini. Lalu pakaian yang tidak terlalu ketat, juga tidak terlalu longgar. Yang penting tidak membentuk siluet lekuk tubuh saja. Dan jilbab ini juga jauh dari gaul. Menutupi bagian dada, dan tanpa model apapun. Tidak ada lilit melilit leher, bros,  atau hiasan lainnya macam yang ada saat ini. Sederhana.

Dan saya bahagia karenanya. Minder karena jadi terlihat kuno dan kuper? Tentu tidak. Karena saya menyadari saya berbeda. Setidaknya saya tidak ikut-ikutan arus. Dan alhamdulillah masih tetap bertahan untuk berjilbab sampai hari ini. Semoga seterusnya.. Amin!

Oiya, merdeka juga buat negaraku. Semoga ikutan berjilbab ya dari segala macam negatif yang tidak sesuai dengan ridho illahi.. hehehe..


Masih banyak sih yang harus saya perbaiki dalam kewajiban berjilbab ini..
Source

Rabu, 15 Agustus 2012

Wanita bodoh yang berengsek!


Orang ini, sungguh menyebalkan. Berlagak. Sok. Dan begitu bodoh! Entah bagaimana ia bisa begitu mudahnya mendapatkan kedudukannya yang sekarang. Saya sampai habis kalimat untuk mempertahankan dogma berpikiran positif mengenainya. 

Percuma juga saya membela diri disini. Saya sudah tahu apa yang akan dilakukan atasan saya atas laporan ketidakrelaan saya atas perlakuannya. Ia tentu saja akan lebih membelanya. Saya ini siapa? Hanya staff rendahan yang tidak memiliki banyak kontribusi terhadap perusahaan. Mungkin kehilangan saya juga lebih baik disbanding kehilangannya yang lebih lama bercokol di perusahaan ini. Perusahaan ini sudah terlalu banyak memiliki pekerja dengan tingkah laku bobrok. Pantas saja semakin hari semakin tertimpa musibah dan kesialan. Entah bagaimana lagi saya harus mencari cara untuk dapat sedikit lagi bertahan disini. Saya sudah muak!

Ia bahkan tidak tahu bagaimana mengganti password notebooknya sendiri. Ia bahkan tidak tahu bagaimana mengubah setting proxy internet perusahaannya sendiri yang bahkan sudah terlalu sering dilakukan. Bahkan kemudian untuk mengakses suatu situs saja ia harus menghubungi saya dan kemudian melontarkan kalimat pedasnya. Memangnya ia pikir ia siapa? Bahkan setelah bertahun disini tetap saja ia bodoh! Entah apa yang sudah ia perbuat disini sampai posisinya begitu kokoh tanpa sedikitpun tergeser. Saya sama sekali tidak bisa melihat satu sisi baiknya. 

Memiliki atasan juga percuma. Karena kemudian yang dilakukan hanyalah memaklumi sikapnya. Memangnya kalau ia bos lalu semua orang harus memaklumi sikapnya? Memangnya kalau ia berkedudukan dan lebih senior maka semua tingkah laku tidak sopannya harus selalu dimaklumi? Memangnya saya bekerja disini untuk digaji karena saya harus menerima diperlakukan seenak udel? Sama sekali tidak! Dan dilematisnya adalah saya harus bertahan disini karena saya masih memiliki banyak kebutuhan yang sebagian besar saya bisa dapatkan disini. Namun entah sampai kapan saya harus merasa diperlakukan tidak pada tempatnya disini.

Benar-benar memuakkan!


Kau wanita bodoh yang berengsek!
Source

_____________________
Maaf tulisan saya hancur seperti ini. Saya benar-benar sudah tidak tahan diperlakukan begini.


Senin, 13 Agustus 2012

Biarkanlah


Aku sih memang tidak terlalu mengerti mengapa akhirnya jadi seperti ini. Kita seolah tak pernah saling kenal sebelumnya. Bahkan semua ingatan tentang masa lalu dan rencana-rencana menjaga kebersamaan yang dulu sempat terhampar jelas pada benak kita masing-masing entah telah kemana hilang begitu saja. Bukan salahmu, bukan juga salahku. Tentu saja aku tidak mau disalahkan,s eperti kau juga tak mau disalahkan. 

Maka aku diamkan saja semua tuduhanmu itu. Toh kau juga tidak pernah mencoba untuk mengerti bahwa aku tak mungkin membeberkan kisahku yang sebenarnya. Karena aku cukup tahu perilakumu memperlakukan persahabatan seperti apa. Ya seperti ini. Seperti yang terjadi saat ini.

Bukankah sahabat itu mengerti tanpa menuntut? Dan pernahkah aku menuntut sesuatu darimu? Penjelasan yang kau tak pernah mau beritahu padaku, bahkan disaat-saat kelammu? Sepertinya kau memang tak pernah memiliki rahasia yang kau simpan dariku. Karena aku berusaha mengerti, saat itu. Bahwa kau lebih memilih untuk bercerita kepada selain aku yang telah sejak kecil bersama denganmu. Alih-laih kau memilih temanmu yang baru kau temui ketika kau menginjak bangku SMP itu. Maka aku pernahkah memaksamu untuk menceritakan hal yang ingin kuketahui mengenai kisahmu? Tolong ingat: TIDAK PERNAH SAMA SEKALI!

Jadi bukankah kau seharusnya berlaku sama padaku ketika aku memilih untuk menyimpan rapat-rapat kisahku darimu? Dari semua pertanyaan menyelidik dan dari balik kalimat-kalimat menuduhmu. Ketika kau menuliskan indikasi bahwa kau telah salah menilaiku selama ini, lalu apa yang seharusnya ku pikirkan pada sikapmu sebelumnya? Aku tak pernah memaksamu untuk bercerita. Karena aku mengerti arti persahabatan. Tulus, tanpa paksaan. Dan kau sepertinya memiliki pemahamanmu sendiri. 

Maka silahkan menyerah padaku. Karena akupun tak pernah memintamu untuk terus berjuang untukku. Aku cukup dengan duniaku sendiri. Bersahabat dengan keegoisanku sendiri. Dalam liang gelap arti persahabatan menurutku, dalam batasan naluri dan logikaku. Tak perlu menjelaskan padamu. Karena kau terlanjur memberiku cap tanpa sekalipun kau mencoba menelaah kembali apa akibatnya untuk kita. Maka persahabatan ini akhirnya meredup. Dan mati. Biarkanlah..

Aku tidak membencimu, tapi cukuplah menerima pemikiranmu yang menyempit itu bagiku
Source

Jumat, 10 Agustus 2012

Selamat ulang tahun mbah..


Seharusnya saya bisa menuliskan banyak hal mengenai beliau. Karena beliau yang mengambil alih tanggung jawab ibu saya untuk merawat saya selagi saya masih kecil. Karena beliaulah yang banyak berjasa dalam memberikan saya perlindungan ketika saya masih terlampau dungu untuk mengetahui betapa dunia ini tidak sesederhana yang saya pikirkan. Dan karena beliaulah yang selama ini begitu tegar dan kuat menghadapi kerasnya dunia. Demi saya dan adik saya.
 
Seharusnya begitu banyak yang bisa saya gambarkan mengenai sosok  beliau. Begitu banyak. Bahkan sampai begitu sulit menuliskannya dalam rangkaian kata, atau kalimat. Saya sangat menyayangi beliau, tentu saja. Tak perlu meragukan. Karena beliau juga adalah satu alasan saya memilih menyerah. Dan mencoba berdamai dengan keadaan.

Seharusnya tulisan ini sudah muncul sejak dini hari tadi. Ketika hari berganti. Tanggalan dalam kalender sudah berubah. Dan waktu sudah tak lagi sama dengan kemarin. Tetapi saya terlalu bingung bagaimana menyampaikan kekaguman dan penghormatan saya pada beliau. Terutama mengabadikan rangkaian kata untuk hari kelahiran beliau, yang berarti bahwa semakin berkurangnya usia beliau di dunia ini. 

Ia yang melahirkan ibu saya, dan juga ke lima anaknya yang lain. Dan beliau yang memperjuangkan hidup mereka agar layak, dan bahagia. Tentu saja saya kehilangan kata-kata. Tidak bisa menggambarkan dengan sempurna betapa sempurnanya beliau. Beliau.. simbah Puteri.

Selamat ulang tahun, mbah.. 
Semoga kuat iman, panjang umur, sehat selalu, dan bahagia..

Source

Rabu, 08 Agustus 2012

Maka ku biarkan saja sama


Memang mengerti itu tak mudah. Apalagi bila dengan emosi. Yang ada hanya mau marah karena kesal berkepanjangan, bukan? Lalu hari itu datang juga. Mungkin diantara kesalmu pada setiap alpaku karena kedua jari ini masih kurang sempurna untuk kugunakan. Maka aku bebas tugas selama hampir dua minggu. Atau lebih.
 
Tepatnya ketika aku beberapa kali mengesampingkan hal yang biasa ku kerjakan. Mencuci beberapa pakaian kotor itu misalnya. Karena aku tidak leluasa menggunakan satu tanganku untuk mengucek hasil rendaman. Dan karena keterbatasanku demi menjaga agar luka ini cepat sembuh, maka aku pun mengistirahatkan dua jemari di tangan kananku. Memangnya mudah mencuci dengan satu tangan? Lalu alih-alih cucian piring yang menumpuk itu, kau tahu itu sama sekali bukanlah sudut kesukaanku. Aku mana pernah membiarkan cucian kotor menumpuk seperti itu. 

Tapi saat itu aku absen. Karena aku kesulitan menggunakan tangan kiriku untuk mengusapkan sabun demi melindungin jemari di tangan kananku yang jika lukanya terkena air maka akan cepat lembab. Aku tidak merasa begitu lihai menggunakan tangan kiriku untuk mengerjakan pekerjaan yang lebih leluasa dan terbiasa digunakan dengan tangan kanan.
Seminggu itu aku tengah kesakitan. Kau lihat sendiri bagaimana tidurku tak nyenyak diantara rembesan darah menstruasiku. Lalu ketika aku membebaskan diri dari rutinitas sahur. Karena aku memang membutuhkan istirahat lebih.

Dan aku tidak perlu harus menerima kalimat keras dan kesal darimu hanya karena aku memilih untuk tetap tidur saat waktu sahur makin menipis. Karena aku memang butuh istirahat. Sudah kukatakan bahwa kepalaku sakit, maka aku tertidur lebih awal. Aku pun tak akan diam saja melihat keadaan berantakkan disana sini jika saja aku bisa menggunakan kedua tanganku dengan leluasa. Seperti pernahkah kau melihat aku membiarkan beberapa barang berserakan demikian saja dan hanya menoleh acuh?

Lagi, kau lukai perasaanku. Lagi, kau lempar jatuh kepercayaan yang tengah ku bangun. Dan aku hanya akan diam saja. Tak akan kau temukan aduanku pada siapapun. Bahkan pada diriku sendiri. Aku hanya akan diam. Tak merasa perlu menjelaskan karena kalimatmu sudah cukup menudingku. Bahkan kau juga acuh.

Karena aku terlanjur tersakiti oleh nada bicaramu. Karena aku terlanjur mendengar kosakata kalimat dalam bahasa yang kau gunakan. Kemudian aku kecewa. Bagaimana kau sepertinya telah melupakan satu hal: bagaimana memperlakukanku selayaknya.

Maka ku biarkan juga sama sepertimu.



Aku rapuh dan cengeng, tapi bukan berarti kau bisa mengejekku sesukamu
Source



Senin, 06 Agustus 2012

de javu hari raya


Aku bisa mengatasi sendiriku. Jika aku kesepian, nanti. Sungguh mungkin aku akan sedih ketika kau pergi. Tapi aku pun bersungguh-sungguh ketika mengatakan bahwa kau pergilah. Lagipula sudah dua lebaran aku menahanmu dari kedua kakek nenekmu. Juga ketika kau membiarkan orang tuamu menempuh perjalanan mereka tanpamu.

Dan aku sungguh berterima kasih atas kebaikanmu memilih untuk menemaniku melewati sisa ramadhan dan menyambut lebaran yang akan berjalan sepi nanti. Tetapi tidaklah lebih baik daripada perlahan mengetahui bahwa kau pun sesungguhnya ingin mengunjungi mereka, serta mengawal kedua orang tuamu yang mulai sepuh.

Aku memang tak akan kemana pun. Lagipula tak ada tempat untukku berlabuh kemudian. Aku akan mendekam dalam rumah itu. Sendiri. Dengan diriku saja. Menikmati riuh ramainya bulan suci dan hari perayaan dalam sepiku. Itu jika kau pergi. Mungkin aku akan berkunjung. Simbah putri tentu juga akan menerima kedatanganku. Tapi tentu aku juga lebih baik menghindari omongan itu. Ketika kau tak ada, atau bahkan ketika aku harus menemui tuan itu. Tidak akan.

Jika ku katakana aku tak mau menemui sanak saudaramu yang telah meninggalkan trauma kelam dalam kenangan sisa hidupku, maka aku benar menolak. Dan itu berlaku untuk tuan itu. Yang entah sampai kapan ketika maaf ini sudah tak menjadi masalah, malah kenangan pahit yang tidak mau pergi dari kepalaku.
Aku tahu, seharusnya aku menjadi muslimah yang baik. Muslimah yang ber-akhlak mulia. Menyunjung tinggi pengertian dan memiliki kesabaran tiada berbatas, serta pemakluman tak bertepi. Namun aku juga hanyalah manusia biasa. Aku memiliki keterbatasan dan kekuranganku sendiri. Yang tidak mungkin dapat dibandingkan dengan siapapun yang ada dalam benakmu.

Dan sungguhpun aku tidak ingin sendirian dalam menyambut perayaan di akhir ramadhan nanti, namun aku juga tak mungkin menjadi penghalang antara kau dan keluarga besarmu. Terutama ketika aku mengetahui dengan pasti betapa rindu kau pada mereka.

Sudah barang pasti sabuk keuangan itu memang begitu membuatku khawatir. Terlebih ketika aku juga harus memikirkan bagaimana membantu menutup hidup orang tuamu, dan bagaimana mempertahankan hidupku, juga dirimu. Kau sungguh tahu masa –masa sulit itu. Bukan hanya sekadar trauma pahit yang ingin dapat kulupakan, namun jelas banyak hal yang akan menanti kita di depan nanti. Dan itu lebih penting daripada mempertahankan tradisi pulang kampong bersama segerombolan penduduk lain yang melakukan tradisi yang sama. Yang bahkan mungkin hanya akan ada di Negara ini.

Entahlah. Sudahlah.. kau mau pergi menemani mereka kau pergilah. Aku juga tak akan kemana-mana. Lebih senang ada teman dalam sepiku, tapi sendiripun tak apa. Aku akan dapat melaluinya. Sungguh aku pernah melaluinya. Aku tak ingin mereka menambahi julukan padaku lagi nantinya.. karena tentu saja bebanmu akan menjadi semakin berat nantinya.

Jika sepi nanti, aku akan mencari keramaianku sendiri
Source

Kamis, 02 Agustus 2012

Plan: #Menulis dengan bahagia


Terkadang iri. Begitu iri sampai kemudian membuat otakku begini beku. Jadilah ketika menatap lembar putih di layar monitor notebook itu saya hanya menatap kosong. Kubiarkan saja kursor itu berkedap-kedip menunggu untuk bergeser ke kanan tanda ada deretan huruf yang muncul. Sungguh. Saya iri.
Bukan hanya jaringan internet dirumah yang begitu menguji kesabaran. Tetapi juga pekerjaan dikantor yang lebih sering membuat kepala saya migrain. Hasilnya, Sariawan saya sampai menghuni pipi kanan dan kiri saya. 

Saya sungguh ingin menulis hal yang membahagiakan. Apapun itu. Yang sederhana. Dan membahagiakan. Menceritakan betapa saya senang setiap kali bisa mencoba makanan baru. Menggambarkan acara outing kantor tempo hari. Atau bahkan hanya menceritakan suatu hari nanti saya akan dapat menikmati liburan yang benar-benar berlibur tanpa harus memikirkan budget yang harus saya tahan demi menikmati libur. Bener deh!

Dan segala hal yang kemudian beralih pada masa lalu dan kesedihan itu bukanlah disengaja. Aku telah mencoba berbagai cara membangun emosi bahagia itu. Menciptakan bayangan-bayangan penghibur. Tapi yang muncul malah kilasan kesedihan. Akhirnya yang terjadi adalah tulisan yang jauh dari cerita bahagia.
Tapi tenanglah aku.. Keyakinan bahwa bahagia itu akan kudapatkan masih ada disini. 5 cm didepanku. Aku hanya harus lebih yakin lagi. Dan lebih berusaha lagi. Nanti, disini yang ada hanya cerita bahagia. Aku yakin itu!

Nanti aku akan menulis dengan raut bahagia, dan tulisan yang bahagia. Pasti!
Source

Rabu, 01 Agustus 2012

Happy birthday, Kiddo!


Kedatangannya pertama kali memang langsung membawa kebahagiaan. Namanya yang juga berarti 'cinta' dalam bahasa Jepang memang benar-benar mendatangkan banyak cinta. Apalagi ia begitu mudah menyerap ilmu dan cepat belajar. Kami memang langsung tambah sayang padanya.

Ia bahkan belum genap berusia lima tahun ketika itu. Tapi sudah fasih melakukan penghitungan dan pengurangan dengan menggunakan kesepuluh jarinya. Bahkan kemudian ia tidak lagi memerlukan kesepuluh jarinya untuk membantunya menghitung. Cukup dibayangkan dalam pikirannya saja, dan ia mampu menyelesaikan penghitungan dan pengurangan itu. 

Kemudian ketika saya bertemu lagi dengannya, ia malah sudah lancar membaca. Bahkan lebih cepat dari usia anak pada umumnya. Karena kemudian saya baru menyadari bahwa usianya bahkan belum lewat jauh dari angka lima. Dan ia bahkan sudah tidak lagi perlu mengeja.
Yang paling mengejutkan tentu saja ketika ia kemudian menyapa saya melalui bbm. Dan kami bertukar pesan melalui blackberry messenger. Saya sampai masih takjub dengan kepintarannya. Usia seperti itu sudah begitu lancarnya menyerap semua ilmu. 

Saya sebenarnya memang sudah sering memuji kepintarannya. Apalagi kalau bukan karena ia adalah sosok anak yang memang begitu cepat belajar dan menyerap ilmu seperti spons. Sejak dulu, tak pernah kami kerepotan jika ada Ai. Bahkan suasana rumah semakin ceria dan tidak lagi sepi. Ai begitu mewarnai hari-hari. 

Sejak kecil tidak pernah rewel ketika ditinggal orang tuanya untuk bekerja. Bahkan seperti telah mengerti bahwa orang tuanya akan pergi setiap senin sampai jumat untuk bekerja, ia tidak pernah rewel atau menangis ketika orang tuanya pamitan untuk pergi bekerja. Bahkan sifat pengertiannya kemudian membuatnya jadi mandiri. Ia memang jadi lebih sering seperti menikmati dunianya sendiri, bermain dengan beragam macam mainannya. Tapi itu tidak membuatnya menjadi anak yang tidak bisa bergaul, karena ia malah jadi mandiri. 

Ai masih belum bisa masuk SD karena SD negeri saat ini katanya tidak dapat menerima siswa yang masih belum mencukupi persyaratan usia masuk sekolah, yaitu tujuh tahun. Untuk sekolah swasta tentu saja bukan perkara murah mengingat biaya sekolah saat ini sudah tinggi. Apalagi ada diskriminasi kemampuan calon siswa dalam penerimaan murid baru. SD negeri di dekat tempat tinggal Ai lebih mengutamakan siswa yang masih belum lancar baca tulis disbanding yang sudah lancar seperti Ai. Jadilah rencananya Ai akan masuk madrasah saja. Karena anak itu juga akan kasihan jika harus menunggu sampai tujuh tahun.

Madrasah juga bagus. Setidaknya bukan hanya pendidikan umumnya saja yang akan terasah, rohaninya juga akan semakin bagus kan?

Hari ini Ai genap berusia enam tahun. Dan entah apalagi kepintaran selanjutnya yang akan diperlihatkannya. Mungkin semakin fasih berbahasa inggris, mengingat ia beberapa kali minta diajari bahasa inggris oleh adik saya yang berprofesi sebagai guru pengajar bahasa inggris.



Selamat ulang tahun Paul, panjang umur, sehat selalu, semakin pintar, bahagia selalu, dan ceriakan selalu sekelilingmu dengan cinta ya nak!


Happy birthday kid!
Source

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...