Aku sih memang tidak terlalu mengerti mengapa akhirnya jadi
seperti ini. Kita seolah tak pernah saling kenal sebelumnya. Bahkan semua
ingatan tentang masa lalu dan rencana-rencana menjaga kebersamaan yang dulu
sempat terhampar jelas pada benak kita masing-masing entah telah kemana hilang
begitu saja. Bukan salahmu, bukan juga salahku. Tentu saja aku tidak mau
disalahkan,s eperti kau juga tak mau disalahkan.
Maka aku diamkan saja semua
tuduhanmu itu. Toh kau juga tidak pernah mencoba untuk mengerti bahwa aku tak
mungkin membeberkan kisahku yang sebenarnya. Karena aku cukup tahu perilakumu
memperlakukan persahabatan seperti apa. Ya seperti ini. Seperti yang terjadi
saat ini.
Bukankah sahabat itu mengerti tanpa menuntut? Dan pernahkah
aku menuntut sesuatu darimu? Penjelasan yang kau tak pernah mau beritahu
padaku, bahkan disaat-saat kelammu? Sepertinya kau memang tak pernah memiliki
rahasia yang kau simpan dariku. Karena aku berusaha mengerti, saat itu. Bahwa
kau lebih memilih untuk bercerita kepada selain aku yang telah sejak kecil
bersama denganmu. Alih-laih kau memilih temanmu yang baru kau temui ketika kau
menginjak bangku SMP itu. Maka aku pernahkah memaksamu untuk menceritakan hal
yang ingin kuketahui mengenai kisahmu? Tolong ingat: TIDAK PERNAH SAMA SEKALI!
Jadi bukankah kau seharusnya berlaku sama padaku ketika aku
memilih untuk menyimpan rapat-rapat kisahku darimu? Dari semua pertanyaan
menyelidik dan dari balik kalimat-kalimat menuduhmu. Ketika kau menuliskan
indikasi bahwa kau telah salah menilaiku selama ini, lalu apa yang seharusnya
ku pikirkan pada sikapmu sebelumnya? Aku tak pernah memaksamu untuk bercerita.
Karena aku mengerti arti persahabatan. Tulus, tanpa paksaan. Dan kau sepertinya
memiliki pemahamanmu sendiri.
Maka silahkan menyerah padaku. Karena akupun tak pernah
memintamu untuk terus berjuang untukku. Aku cukup dengan duniaku sendiri.
Bersahabat dengan keegoisanku sendiri. Dalam liang gelap arti persahabatan
menurutku, dalam batasan naluri dan logikaku. Tak perlu menjelaskan padamu.
Karena kau terlanjur memberiku cap tanpa sekalipun kau mencoba menelaah kembali
apa akibatnya untuk kita. Maka persahabatan ini akhirnya meredup. Dan mati.
Biarkanlah..
Aku tidak membencimu, tapi cukuplah menerima pemikiranmu yang menyempit itu bagiku Source |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar