Simbah Putri saya yang awalnya memperlakukan rambut saya seperti itu. Katanya biar ringkas dan tidak susah di urus. Saya sih menurut saja. Kemudian hal itu menjadi seperti habit untuk saya. Bahwa ketika rambut saya sudah menyentuh cuping telinga saya, itulah saat yang tepat untuk potong rambut.
Saya pernah dipanggil 'Mas' ketika naik angkot. Saya hampir sering berkelahi dengan anak laki-laki yang menyebalkan ketika di sekolah. Bahkan saat saya mengenyam pendidikan di madrasah seusai sekolah dulu, pun saya pernah berkelahi dengan teman sekelas saya sampai rok panjang yang saya kenakan sobek sampai mendekati bokong. Tapi saya tetap dikenal sebagai anak gadis yang baik oleh ibu saya, juga keluarga yang lainnya. Karena saya walaupun sering bermasalah, tetap saja tidak ada yang begitu signifikan dampak dari akibat perbuatan saya. Atau mungkin dulu ibu saya juga tidak terlalu memperhatikan saya karena beliau terlalu sibuk dengan kegiatan diluar rumahnya. Voli, pertemuan dengan orang tua murid adik saya yang paling kecil, koperasi, dll.
Maka ketika saya memutuskan berjilbab, semua tentu heran. Saya yang tomboy dan selalu terlihat acuh ini tiba-tiba memutuskan untuk menutup seluruh rambut yang ada di kepala saya, juga sisa aurat yang kadang terlihat. Saya memang jarang mengenakan kaos lengan pendek, karena kaos saya semua ukurannya besar-besar. Bahkan seragam sekolah saya juga ukurannya L untuk badan saya yang kurus. Rok yang saya miliki ya hanya rok sekolah, karena saya tidak suka pakaian yang tidak ringkas.
Singkatnya, mereka tentu berharap saya tetap istiqomah. Dan tentunya saya diharapkan jadi muslimah yang baik, yang jauh dari kesan tomboy, cuek, dan lainnya yang menurut mereka negatif. Saya berusaha. Toh jilbab yang saya kenakan juga bukan jilbab yang aneh-aneh. Bukan model yang sekarang mulai merajalela dengan nama hijab gaul. Saya sih memang tidak gaul. Dan saya tidak memiliki keperluan untuk memperkenalkan jilbab sebagai pakaian yang gaul karena menurut pengertian saya, jilbab ya jilbab, penutup aurat dan suatu kewajiban yang ditetapkan oleh Alloh SWT sejak lahir. Maka saya tetap jadi kuper dan tomboy. Oke, tomboy saya berkurang lumayan sejak berjilbab.
Saya masih tomboy, sedikit. Setidaknya menurut saya. Saya sudah meninggalkan celana gunung saya jauh sebelum saya kuliah di kampus baru. Lalu pakaian gombrong saya juga sudah pensiun, kecuali dirumah. Tetapi bukan berarti saya jadi pakai pakaian ketat, karena saya sungguh tidak suka dengan gaya pakaian seperti itu. Biasa saja. Celana bahan, karena saya masih harus berusaha menyingkirkan stigma negatif mengenai penggunaan rok yang kurang praktis untuk mobilitas yang sedang saya jalani saat ini. Lalu pakaian yang tidak terlalu ketat, juga tidak terlalu longgar. Yang penting tidak membentuk siluet lekuk tubuh saja. Dan jilbab ini juga jauh dari gaul. Menutupi bagian dada, dan tanpa model apapun. Tidak ada lilit melilit leher, bros, atau hiasan lainnya macam yang ada saat ini. Sederhana.
Dan saya bahagia karenanya. Minder karena jadi terlihat kuno dan kuper? Tentu tidak. Karena saya menyadari saya berbeda. Setidaknya saya tidak ikut-ikutan arus. Dan alhamdulillah masih tetap bertahan untuk berjilbab sampai hari ini. Semoga seterusnya.. Amin!
Oiya, merdeka juga buat negaraku. Semoga ikutan berjilbab ya dari segala macam negatif yang tidak sesuai dengan ridho illahi.. hehehe..
Masih banyak sih yang harus saya perbaiki dalam kewajiban berjilbab ini.. Source |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar