Jumat, 25 November 2011

I'll be happy Mister

Source
 
Saya menerima sebuah pesan singkat hari ini. Pesan singkat berisi anjuran untuk menjaga pola makan saya. Saya mengerutkan kening, menanyakkan dalam hati bagaimana ia selalu bisa tahu tentang saya. 

Terkadang saya merasa ia seperti seorang peramal yang mampu mengetahui apapun tentang saya. Terkadang begitu kesalnya karena ia sepertinya tidak pernah bisa lepas dari masa lalunya dengan saya. Namun, ia selalu ada untuk saya. Beberapa kali dalam tiap kesempatan, kapanpun saya merasa sendiri, ia selalu bisa menghadirkan sisi lain dari kelemahan saya. Saya tahu ia ada. Bahkan bila itu melalui uluran tangan orang lain.
Dulu, jika saya sedang kesal padanya, saya memanggilnya mister. Perawakannya yang berasal dari campuran kebangsaan orang tuanya yang membuat saya memanggilnya demikian. Sekaligus untuk menyindirnya ketika saya merasa ia sudah terlalu jauh memasuki area pribadi saya. 

Kini, rasanya panggilan itu bukan lagi panggilan saat saya sedang kesal padanya. Mungkin lebih bisa disamakan dengan panggilan yang biasa saya gunakan padanya untuk menghindari namanya yang sulit dilafalkan oleh bibir orang pribumi seperti saya. 

Saya harus banyak berterima kasih padanya, juga meminta maaf. Karena saya, ia harus banyak menanggung berbagai pikiran dan masalah. Saya ini, mungkin benar seperti yang pernah di lontarkan oleh salah seorang temen saya dalam lingkaran pertemanan saya terdahulu, saya tidak pernah bisa bersyukur. Padahal ia adalah sosok sempurna untuk saya. Tapi saya terlalu dangkal untuk membayangkan dapat bersanding dengannya suatu ketika itu. Sebuah masa lalu.

Pertemuan kami cukup unik. Saya membuat rusak mobilnya dengan kelalaian saya yang saat itu baru melancarkan mengendarai motor. Ia, yang mobilnya saya buat banyak baret dan sedikit penyok hanya tersenyum menatap saya yang bersembunyi dibalik badan teman saya yang cukup besar. Saat itu, senyum itu selalu mengiringi saya kemanapun langkah saya. Bahkan kemudian saya baru tahu, bahwa ia sengaja membuat mobilnya tertabrak oleh motor saya. 

“Saya tentu dapat menghindar, tapi seharusnya ada yang dapat lebih dramatic dari itu,” pengakuannya suatu hari. 

Entah apa maksudnya. Tapi saya menebak bahwa kemungkinan ia sengaja membuat mobilnya tertabrak motor saya. Sebuah cara untuk dapat berkenalan dengan saya. Pantas saat keluar dari mobil itu ia tidak marah, bahkan temannya itu malah seperti menyembunyikan senyum. Saya yang terlambat menyadari ada misteri dibalik wajah-wajah yang nyata-nyata terpampang didepan saya. Bahkan setelah tahunan kami saling mengenal.

Saya masih ingat kerlingnya saat itu. Senyum khas yang tak bisa lepas dari wajahnya kala saya bersamanya. Bahkan disaat nyata-nyata ketika saya menikamkan pisau di jantungnya. Sampai membuatnya berusaha melebihi dari batas kemampuannya. 

Pesan singkat itu. Ia masih saja memperhatikan saya bahkan ketika saya telah menyakitinya sedemikian rupa. 


"I’ll be happy Mister, I’m on my way of finding what I’ve told you to do
I’ll be strong, 'cause I’ve let you go.."

2 komentar:

  1. hmmm...
    kisah yang menarik, mev. beda dengan pertemuan orang-orang pada umumnya. bahkan sampai merelakan monbilnya ditabrak...

    BalasHapus
  2. monbil apa mobil nih falra? :p

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...