Minggu, 29 Juli 2012

Payahnya saya


Bahkan bertemanpun aku masih merasa tidak memiliki teman
Sunguhpun aku tak tahu dimana letak salahku,
Lagi
-Mine-

Aku hanya berusaha baik. Meladeni setiap ucapan kalian. Lalu juga setia mendengarkan curahan hati kalian. Mencoba memberi semangat saat salahs atu dari kalian merasa sedih. Menjadi salah satu bagian dari perkumpulan rutin kalian. Dan itu kurasakan masih juga kurang. Ada yang hilang disini. Dihatiku.
Aku tidak suka bergosip. Tidak bisa bergosip tepatnya. Pun meskipun bisa, aku tetap tidak akan melakukannya karena aku tidak suka. Membicarakan orang lain. Menggunjingkan hal yang tidak penting dan bukan urusan kita. Aku tak pernah merasa harus menjadi suka dan bisa bergosip. Maka aku diam saja diantara kalian. Dan itu membuatku merasa direndahkan. Kalian jadi tak pernah melihat keberadaanku. Karena aku merasakannya.

Tak ada diantara satupun kalimatku yang akan kalian timpali. Bahkan jika suatu saat aku tak ada disana, kalian mungkin juga tak akan pernah menyadari ketidakberadaanku. Apalagi menanyakkan. 

Karena aku tidak heboh. Aku tidak suka heboh. Aku tidak suka menambahkan keramaian yang telah ada. Dan aku lebih banyak diam. Mendengarkan. Mengamati. Tapi selalu ada. Dan tak pernah kalian sadari.
Aku juga tidak suka membicarakan mana pria paling tampan dikantor. Mana pria yang bisa di taksir. Ataupun mana pria yang bisa dijadikan incaran untuk membangun masa depan nyaman karena kekayaannya. Aku tidak pernah merasa perlu melibatkan diri dalam percakapan murah tersebut. Maka aku diam saja. Mendengarkan. Mengamati. Dan lagi tak pernah kalian sadari.

Kalian jika sadari, tak pernah sekalipun keluar dari mulutku sikap manja dan genit itu ditengah kalian. Karena aku sadar harus menjaga harkat dan derajatku dihadapan siapapun. Apalagi bila ada pria disana. Maka aku diam saja. Dan kalian tidak peduli.

Percuma saja memberitahu kalian apa yang salah. Bahwa bergunjing itu salah. Bahwa membicarakan yang bukan menjadi urusan kita itu salah. Dan bahwa bergenit-genit itu salah. Karena kalian tidak memiliki pemikiran sepertiku. Jadi kubiarkan saja. Bahkan ketika kalian mengejek penampilanku yang kalian anggap tidak seksi karena tidak menonjolkan lekuk tubuh, aku diam saja. Karena percuma memberitahu kalian apa itu arti muslim dengan jilbab. Karena para perempuan muslim yang ada diantara bagian perkumpulan kita tidak menunjukkan contoh yang baik untuk dapat kalian mengerti apa makna jilbab yang mereka pakai. Dan diam mungkin jawaban terakhirku. Karena sungguhpun telah kujelaskan makna pakaian muslimahku tetap kalian tidak akan mengerti. Dan mencemooh dalam hati.

Aku sungguh tahu. Usia muda kalian mungkin mempengaruhi. Namun bukan berarti pemikiran muda kalian mengambil alih seluruh kontrol kehidupan kalian. Aku mungkin telah lelah mencoba memberitahu bahwa muslimah tidak mengenakan pakaian yang akan menonjolkan lekuk tubuh. A[alagi bila kalian berjilbab. Yang terjadi malah sebaliknya. Celana jeans yang dipakai sekatat mungkin, atasan dengan tangan 7/8 tanpa menggunakan dalaman sehingga sebagian lengan terlihat. Bahkan pemakian kerudung atau jilbab yang terlihat hanya sebagai penutup kepala. Lalu apalah arti puasa jika kalian tidak pernah sekalipun melakukan ibadah sholat?

Baiklah sholatku belum benar. Cara berpakaianku juga belum benar. Dan mungkin juga sikap serta sifatku belum benar. Namun aku berusaha memperbaiki diri. Dan mampu menahan diri. Setidaknya sampai saat ini. Aku belum sekalipun terpancing untuk bergunjing, menggoda para pria yang lalu lalang di lobi itu. Dan segala sikap yang tidak seharusnya diperlihatkan oleh wanita baik pada umumnya. Karena sungguhpun aku tidak ingin orang memandang rendah derajat wanita apalagi aku termasuk didadalamnya.

Aku sungguh merasa terasing. Berkumpul dengan kalian menjadi hanya sekadarnya saja. Karena aku tak pernah merasa dianggap. Dan dalam hati kalian tak pernah menanggapku. Akulah yang salah menilai kalian. Bukan. Bukan aku yang salah. Karena kesan pertama terhadap kalian ternyata sudah lama kucoba singkirkan. Dan kesan pertama yang buruk itu ternyata benar. Sungguhpun aku seharusnya (lagi) mempercayai naluriku.

Payahnya saya. Benar-benar tidak bisa berteman dengan makhluk wanita. Payah! Benar saja saya lebih baik bertaman dengan teman laki-laki saja. Atau sendiri lebih baik.
 

Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...