Selasa, 10 Juli 2012

Bahagia itu sederhana?

Bahagia itu sederhana.
Bahagia itu sederhana..

Saya beberapa kali mengerjap pada status salah satu rekan kerja saya itu. Orang yang tempo hari hampir selalu ada setiap kali saya sedih. Karena saya sudah tidak memiliki Jo. Bukan saya mencari penggantinya. Toh, kemudian Jo, sendiri akan mencibir bahwa saya sudah memiliki seseorang yang akan selalu ada disamping saya selama dua puluh empat jam tujuh hari tiga ratus enam puluh lima hari.

Beberapa kali pula saya selalu merasa tidak bahagia. Mungkin lebih tepatnya belum bahagia. Jadi, bahagia itu apa ya sebenarnya? Mengapa menjadi sederhana? Saya akan mencoba menelaah sesederhana apa kebahagiaan saya.

Suatu kali saya yang biasanya bisa tangguh ini bisa begitu rapuhnya hanya karena melihat anak kecil yang sibuk hilir mudik di beberapa lampu merah untuk sekadar menerima belas kasihan dari para pengendara. Rupiah. Maka saya dapat merasakan gemuruh di dalam dada ini karena terenyuh dengan penderitaan mereka.

Lalu saya akan cepat-cepat mengganti saluran televisi yang menampilkan gambar maupun berita yang berhubungan dengan penderitaan anak-anak, entah itu mereka yang menderita penyakit yang memerlukan biaya besar untuk pengobatan, maupun yang biasanya jadi acara tetap di salah satu televisi swasta dimana seseorang digambarkan hidup dengan keadaan jauh dari cukup bahkan ketika sudah bekerja keras sekalipun.

Saya sungguh terlihat tegar dan tanpa beban di hadapan umum. Sangat sedikit sekali yang mampu melihat betapa sesungguhnya saya begitu rapuh. Mungkin tawa yang saya hadirkan itu hanyalah sebuah tameng yang saya miliki untuk melindungi sisi rapuh saya. Maka saya menghindar.

Jadi, entah apa itu bahagia. Dan entah mengapa itu menjadi begitu sederhana. Ketika yang saya lakukan lebih banyak menghindar. Karena saya sungguh tidak ingin menjadi hancur berkeping-keping hanya untuk mempertahankan apa yang saya anggap mampu membuat saya bahagia. Karena pada akhirnya, kebahagiaan itu terletak pada senyum orang lain yang kita lihat. Bukan senyum kita sendiriyang kita lihat melalui cermin.

Bahagia itu sederhana.. sesederhana apakah?



Tentu saja saya yakin akan kebahagiaan. Hanya saja, bila sederhana.. apakah yang menjadi tolak ukurnya?
Source

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...