Minggu, 11 September 2011

A limit for everyone

Source



There's a limit for everything
Am i just questioning, or throwing sentences?
Still we don't have a power to know everything
Though we really ought  to know
A limitation
Barrier
a Mind
*******


Andai aku memiliki keberanian itu, seperti yang pernah kamu sampaikan melalu teks itu, bersimpuh dan menciumi ujung kakimu. Kurasa itupun hanya untaian kata penghibur. Tak akan lagi terlontar. Bahkan dalam masa-masa bahagia yang nanti akan masing-masing alami.
Kamu, dan duniamu. Terlalu banyak peristiwa. Terlalu banyak pemikiran. Terlalu banyak ego. Aku pun tidak sempurna, tapi kamu akan selalu menilaiku baik. Mungkin tidak akan secara pribadiku, tapi kesalahan itu kamu akan tunjuk pada kaumku. Maaf, aku tidak bisa ikut dirimu menyalahkan kaummu. Setiap orang berbeda, kamu akan dapat menerima perbedaan dan berkompromi. Tiap orang yang pada dasarnya baik, akan selalu kembali kepada kebaikkan. 

Tak akan ikut mencecar atau menilai. Aku dengan pikiranku sendiri. Aku yang aneh, yang pikirannya tak akan pernah bisa kamu mengerti. Aku dengan egoku. Dunia yang hanya akan aku mengerti seorang diri. Meski nanti aku akhirnya akan menemukan batasan itu. Dimana aku akan berhenti, merebahkan punggungku yang lelah, menaikkan kakiku yang melepuh, dan menyenderkan kepalaku yang penuh dengan penat. Tapi tidak saat ini. Mungkin nanti. Terlalu banyak yang membuatku takut. Terlalu membuatku galau. Terlalu membuatku merasa terpojok. Aku ini memiliki sendiri diriku. Tak akan bersembunyi dibalik agama, atau siapapun. Cukup aku sendiri.

Aku yang aneh. Yang membuatmu lelah. Membuatmu capek. Dan aku yang mulai berubah. Yang tidak akan pernah membuatmu mengerti. Bahkan saat aku sendiri mengaku salah dan terlontar maaf dengan tulus. Saat aku berucap tak dapat terlalu lama berdiam diri tanpamu ada di dalam duniaku. Itu kutulis tulus, yang mungkin hanya merupakan sebuah kalimat tanpa arti untukmu.

Tak apa. Tiap orang punya batas. Ada kalanya saat seseorang merasa kelelahan, ia menepi. Beristirahat. Lalu saat menoleh, ia telah menemukan orang-orang yang tulus peduli. Saat itu, ia akan lupa pada apa yang telah membuat mereka mencapai batas itu. Melupakan semua yang telah mereka tinggalkan saat menepi. Dan menyambut uluran tangan orang-orang baru tersebut. Dunia baru.

Aku mungkin menceracau, melontarkan kalimat yang tidak akan dapat tercerna dalam pikiran siapapun. Aku menulis. Apapun yang terlintas dalam kepalaku. Bahkan ketika kalimat yang terbayangkan dalam kepalaku adalah hal yang akan membuatku menderita. Penyesalan. Aku menulis. Dan ini akan menjadi teman sejatiku, selain sepiku nanti.

Aku akan mencari batasku. Batasan yang sampai sekarang masih berupa tanda tanya untukku. Sampai nanti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...