![]() |
Enough Source |
Jadi, kau sudah menikah sekarang? Bagaimana perasaanmu? Bahagiakah? Kuharap demikian. Bukankah itu yang selama ini kau impikan? Menikah. Dengan siapapun yang mau melamarmu. Mengapa aku seperti sedang menyindirmu ya? Ah, biarlah. Memang itu pengakuanmu padaku.
Jadi, katakan padaku. Apa yang ada dipikiranmu saat aku menyapamu hari itu? Menanyakkan kelanjutan kehidupan yang sempat kau keluhkan padaku. Sebuah percakapan lewat dunia elektronik antara aku, kau, dan teman kita yang satu lagi. Rentetan kalimat yang kulontarkan karena statusmu itu hanya kau baca, tanpa sekalipun kau pernah coba untuk balas. Saat itu, kau yang tengah limbung dan bingung karena patah arang dengan seseorang dari masa lalu yang mengecewakanmu, dan cerita tentang orang yang kau hindari karena niat baiknya membina rumah tangga denganmu. Kau yang mengejar perhatianku untuk mendengarkan keluh kesah dan meminta saranku. Aku berikan seadanya, semampuku, karena pun hidupku tidak sesempurna itu. Hanya mencoba memberikan saran dari sudut pandangku. Dan kau mengiyakan.
Jadi, nyatanya adalah statusmu sekarang tengah berbahagia. Menikah. Dengan pria yang kau ragukan keseriusannya dan yang telah kau tampik dari saranku. Kau ini kenapa? Membuatku jengkel saja. Aku yang telah kau seret untuk peduli dan kehabisan asa untuk menampik semua rongronganmu berakhir dengan tanpa sedikitpun kau pandang?
"Jadi dia nikahnya kapan?"
"Hari ini akadnya"
"Kok gue ga tau ya?"
"Masa sih?"
"Bbm gue dibaca doang"
"Hmm.. sibuk mungkin persiapan"
"Oh ya? Terakhir sempet kontak gue, ngeluh ngurus pernikahan itu ternyata ribet. Gue kaget tau-tau ngomong gitu. Gue tanya nggak dibales, dibaca doang bbm nya"
"Nggak gitu kok dia"
"Oh"
Jadi, ini sudah hampir seminggu sejak kulihat statusmu yang terakhir. Dan kabar dari temanmu itu. Apa yang ada dibenakmu? Menikah, lalu lupakan orang yang kau sebut sahabat terbaikmu?
"Cukup tau aja deh"
Aku ini.. sepertinya memang selalu kesulitan bersahabat sesama wanita. Satu hal, mungkin aku tidak benar-benar menganggapmu sahabatku, mengingat, selama ini aku memang tidak pernah memikirkan untuk menempatkanmu pada posisi itu. Hanya saja, aku tidak suka dengan caramu memperlakukanku. Kau itu.. ah, sudahlah. Masa bodoh. Cukup saja kecewaku. Tenang saja, kau tidak seberharga itu, kok. Aku mengirimimu pesan hanya sekedar ingin tahu, apa kau masih mengenaliku. Itu saja. Tidak perlu merasa penting untukku. Kau itu sama saja dengan orang-orang yang datang dan pergi dalam kehidupan pertemenanku.
*******
Jadi.. mungkin sebaiknya kuhapus saja semua kontak yang berhubungan denganmu. Karena jika karena alasanmu adalah sibuk sehingga tidak membalas pesan-pesank.. kau tidak akan sesering itu menyempatkan untuk berfoto, memajang fotomu dengan pasanganmu, berganti-ganti status, dan membaca semua pesan-pesanku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar