Rabu, 14 September 2011

Aku dan makan

Source 


Hari ini saya banyak ngemil. Walau perut rasanya sudah hampir meledak kekenyangan, tapi saya tetap tidak bisa menghiraukan keinginan mulut saya untuk mengecap makanan. Saya sibuk mondar-mandir meja Jeffry sekedar untuk mengisi ulang tempat makan saya dengan cemilan keripik pedas nya yang dibawa dari Dumai.

Teman satu divisi sering menjuluki saya cacingan atau perut karet karena mereka terlanjur mengenal saya yang suka makan, tidak bisa berhenti ngemil.


“Gue heran Vi, kemana semua makanan yang lo makan ya? Kok badan lo ga gemuk-gemuk?”


Saya hanya tertawa mendengar selorohan Mas Indra yang kadang disambut dengan tawa dan seloroh dari yang lainnya. Mereka sering meledek saya. Saya lebih seringnya tertawa, tak berminat menjawab. Karena mereka tidak tahu.

Saya tidak sering ngemil ketika dirumah. Itu karena saya sudah amat kekenyangan makan diluar rumah. Setiap hari, sepanjang hari kerja atau jam kerja, sebisa mungkin saya pasti mengunyah sesuatu. Entah sejak kapan kebiasaan ini terjadi. Tapi saya sudah lama melakukannya. Sangat lama.

Makan yang banyak. Kekenyangan. Kelelahan bekerja atau beraktifitas. Dan akan dengan cepat tertidur begitu sampai rumah. Makan. Kekenyangan. Kelelahan dan tertidur. Begitu datang esok pagi. Saya berharap dapat melupakan semua kejadian tidak mengenakkan yang terjadi hari itu. Solusi saya untuk menghindari pikiran saya yang semrawut.

Saya tidak akan bilang saya punya segudang masalah. Mungkin. Tapi saya sendiri tidak tahu bagaimana saya menemukan cara untuk sekedar melupakan kepenatan yang terjadi selama satu hari itu. Saya akan makan yang banyak sampai perut ini rasanya mau meledak, lalu menguras tenaga dengan bergerak kesana-kemari, dan begitu sampai rumah, lelah sangat, lalu dengan mudah akan tertidur. Saya sempat membisiki diri saya sendiri sebelum tidur dengan kalimat-kalimat yang membuat saya harus melupakan kejadian tidak mengenakkan hari itu.

“Hari ini tidur, besok lupa. Tidur, besok lupa. Tidur, besok lupa.”

Saya ulang-ulang terus kalimat itu sambil mata saya terpejam. Menyihir diri saya sendiri untuk melupakan.

Cara itu cukup efektif, karena selama beberapa lama saya lakukan pada diri saya. Saya benar-benar lupa pada kejadian tidak menyenangkan itu. Begitu bangun esok paginya, saya sudah bisa menjadi saya yang baru. Begitu terus setiap hari.

Ada hal yang membuat saya terpaksa melakukan cara itu, dibanding mencari solusi untuk menyelesaikan masalah saya. Terlalu rumit. Saya sudah terlalu lama di set untuk hidup dengan masalah yang menggantung. Tidak selesai. Menguap begitu saja. Atau lebih tepatnya, dipaksa untuk melupakan. Saya terlalu banyak kalah. Atau mengalah. Dan jalan yang akhirnya saya temui untuk melupakan sakit hati itu hanya dengan membuat diri saya cepat melupakan semua yang mengganggu kepala saya. Makan banyak. Tidur.

Orang-orang di sekeliling saya terlanjur mengenal saya sebagai orang yang banyak makan. Tidak bisa berhenti makan. Atau paling tidak selalu mengunyah sesuatu. Tak jarang saya melakukannya saat saya tiba-tiba teringat pada masalah yang mengganggu pikiran saya. Saya langsung mengunyah, atau mencari-cari sesuatu untuk dapat dimakan.

Entah keberuntungan atau kerugian dengan yang saya lakukan. Walau saya banyak makan, saya sulit untuk gemuk. Dan saya tidak pernah mengeluarkan kembali setiap makanan yang saya makan. Saya mungkin beruntung, bukan pengidap bulimia atau anoreksia. Tapi mungkin saya cacingan benar seperti yang sering dikatakan orang. Metabolisme saya yang bagus, atau saya memang cacingan.

Hari ini saya kembali sibuk mondar-mandir menanyakkan makanan untuk dikunyah. Walau perut saya rasanya sudah mau meledak kekenyangan. Sepertinya ada yang ingin saya lupakan. Kekesalan hari ini, ingatan akan kekesalan sebelumnya, atau apapun. Saya hanya ingin makan. Pahit rasanya lidah jika tidak mengecap makanan walau hanya sebentar.

Saya harus mencari makanan lagi, persediaan keripik yang saya minta dari Jeffry mulai menipis. Saya harus menghampiri Jeffry lagi untuk mengisi ulang tempat makan saya.

1 komentar:

  1. halooooww, makasih kunjungannya... eh, blog kamu juga bagus, saya suka baca tulisannya =) Salam kenal!

    BalasHapus

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...