![]() |
Source |
Hening.
Bahkan saat waktu tengah memelukku hangat pun aku tak sanggup meraih diriku sendiri. Ada banyak peristiwa yang terlintas dalam rona wajah itu. Yang kepadanya aku membagi kisah. Berserabut terbayang. Perlahan terbang menepi, membingkai kerapuhan dengan kejujuran. Menyulami satu-persatu bagian yang bolong dengan benang kasih sayang.
Dalam diam, kesabaran itu seperti memohonkan ampun pada nestapa. Sepertinya hendak menyerah. Telah tercecer jauh tinta yang tertoreh pada lembaran kertas kehidupan. Tak akan mungkin terhapus, akan tersimpan. Mungkin suatu saat akan terbaca. Dan tak akan kubiarkan siapapun menemukan kuncinya. Karena akan ku tanam dalam-dalam, lengkap dengan jejak yang akan terhapus oleh hujan. Mungkin akan kujagai sang malam untuk meyakinkanku tak akan ada yang menguntit.
Hening.
Memeluk itu membutuhkan kedua tangan yang terbuka dengan rela. Juga sebuah tempat yang tersedia di hati. Entah dimana nanti harus kutemukan tempatnya. Dan bagaimanapun, kedua tangan ini harus terbuka dengan rela.
Hening.
Ah.. ceracau ku siang ini. Membingungkan ya.
he-ning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar