Senin, 15 Agustus 2011

How it feels to keep a heart.. alone?

You may not know
Source

Seharian ini tak ada kamu.
Sepi..
Bahkan ceracau pertengkaran pun tak ada.
Kamu itu, kenapa begitu menyebalkannya sampai tidak mau menerima handphone mu sendiri. Itu bukan barang milikku yang ku beli, itu barang milikmu yang kamu beli dengan uang hasil kerjamu. Seenaknya saja kamu lempar ke jalan dan berikan padaku.
Kamu pun akhirnya mengakui satu – satunya alat yang dapat menghubungkan kita hanya benda itu. Sulitnya membuatmu mengerti.
Tidak. Aku bukan rindu padamu.
Entah apa namanya. Tapi memang sepi. Karena satu – satunya orang yang kuajak bertukar cerita untuk menemani rutinitas kerja yang membosankan ini hanya kamu. Beda mungkin denganmu yang setiap saat selalu dibutuhkan oleh banyak orang. Akan ada siapa saja yang menghubungimu dengan bermacam topik menarik, urusan kantor, ajakan berkumpul, sebatas broadcast message nggak penting, atau sekedar bbm berisi sedikit rayuan dari para pengagummu di luar sana. Atau mungkin dia, your lady in red. Dia mungkin sedang bertanya – tanya di ujung sana kenapa kamu tidak membalas sms nya sejak jumat malam itu, atau sabtu pagi. Ah, perkiraan waktuku sepertinya sudah mulai melemah sejak pertengkaran hebat lalu. Nantilah kamu sendiri yang baca, kamu pasti bisa mengira – ngira kapan lady in red mu itu mengirimimu kabar yang membuatku makin menumpuk kekesalan padamu.
Maaf, aku bukan cemburu. Mungkin sedikit. Tapi lebih kepada rasa terdustai. Sudah kukatakan sebelumnya betapa kamu adalah makhluk bebas yang tidak terikat pada apapun sehingga mempunyai hak istimewa untuk memiliki hubungan dengan siapapun. Tapi kamu sendiri yang janji padaku untuk menjaga perasaanmu. Atau janji itu sedemikian semakin tersingkir hanya karena sepi. Kalau memang demikian alasanmu, maaf.. tidak berlaku untukku. Karena aku masih menjaga perasaan itu walau luluh lantak hatiku dengan kondisi saat ini.
Aku terluka.
Bukan fisik. Bukan tangan yang kamu tarik – tarik di depan umum itu. Bukan pula lengan yang ngilu karena tergesek bahan jaket yang kamu tarik – tarik demi menahan langkah kakiku.
Ini hatiku.
Yang luka.
Dan kamu melakukannya dengan mudahnya. Beralaskan sepi.
Akupun butuh teman. Tapi dapat kuredam sepi itu saat kamu tak ada. Atau hanya aku yang selama ini selalu menjadi penjaga hati itu?
Entah. Kamu tahu jawabannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...