Rabu, 18 April 2012

My consequences

Bila saat itu kau bersamaku, tanpa ada tali takdir mengikat kita. Aku tak akan peduli. Sungguh terserah padamu mau bermain-main dengan siapapun di belakangku. Bahkan jika memang tabiatmu untuk selalu mampu bermanis dengan lain jenismu adalah yang mampu kulihat di depanku. Sungguh terserah padamu. Karena saat itu aku akan tahu bagaimana dirimu sebenarnya menghargaiku.

Tapi sayang, tentu kau harus mampu juga menjaga perasaanku. Manakala tali takdir telah mengikat kita. Menjadikan hidup kita saling menciptakan simbiosis mutualisme. Lalu saling mendukung dalam hubungan subtitusi tak tergantikan. Bukankah akan menjadi indah bila itu bisa sempurna. Kuharap itu juga ada dalam bayanganmu.

Dan aku akan menjadi seorang istri yang rewel dan memiliki rasa cemburu besar. Bukan tanpa alasan. Hanya saja, aku perlu menjaga perasaanku yang telah kau rantai dalam ikatan pernikahan bukan, suamiku? Maka ketika aku melihat lagi nama itu masih terkait denganmu. Bukankah wajar untukku merasa gelisah, juga kesal. Bahwa aku akan mengira kau mengharapkan keadaan tidak denganku. Bagaimana kau akan menghormati posisi dan menghargai keberadaanku bila aku  masih harus diingatkan oleh kenanganmu yang indah bersamanya?

Begitu banyakkah,
Kenangan indah itu?
Senyum dan tawa yang kau bagi dengannya yang tersimpan dalam memorimu?
Tukar kata kalimat penuh makna dan perasaan diantara kalian?

Baiklah aku mengalah saja. Ini hanya lima tahun. Tidak akan sebanding dengan usia kita yang hanya akan beranjang menempuh dua tahun. Mungkin memang terlalu singkat untukku menyingkirkannya. Maupun para pemanis masa lalumu sebelumku. Bagaimana mungkin aku bisa berharap terlalu banyak. Terserahmulah. Aku akan diam saja mulai sekarang. Mungkin tak akan lagi peduli kau akan menjalin kembali hubungan dengan siapapun dari masa lalumu yang indah itu. Bahkan bila namanya masih akan menempel di belakang namamu. Aku sudah lelah. Tenaga ini sebaiknya ku alihkan pada hal lain yang lebih menyenangkan hatiku.

Karena aku telah memilih konsekuensiku. Kau. Dan aku hanya harus menerimanya. Lagi. Seperti kisah-kisahku yang lain. Telan. Dan diam.

Menyedihkan bukan aku sekarang? Sendiri, dilanda kecemasan dan ketakutan. Juga kemarahan. Kesalnya!


Pic

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...