Pertama
kalinya sakit. Saat itu SD. Saya sudah di Tangerang. Ya, memang hanya
kenangan ketika sudah di Tangerang yang saya dapat ingat. Masa-masa
sebelum itu hanya bisa saya terka dari mulut-mulut orang-orang di
sekeliling saya yang bercerita.
Saya masih ingat jarum suntik itu.
Bau rumah sakit yang khas. Seperti bau kesepian. Bau derita. Dokter
datang bersama suster yang hendak mengambil darah saya untuk di periksa.
Lalu katanya gejala typhus. Saya harus di rawat. Ini adalah akibat
demam selama beberapa hari yang tak kunjung turun. Maka saya sedikit
berontak. Saya takut jarum suntik.
Beberapa orang memegangi saya agar
saya tenang, karena sebelumnya saya menendang suster dan dokter yang
hendak melakukan perawatan dengan jarum. Memasang selang infus di tangan
saya. Saya ketakutan. Tapi mereka terlalu kuat dan banyak. Saya pun
kalah. Dan selang itu sudah tertancap di tangan saya.
Saya masih dapat
merasakan sakitnya saat selang infus itu di puntir oleh suster karena
macet. Saya baru saja habis pipis. Dan beberapa kali suster yang tanpa
babibu itu begitu saja dengan santainya memuntir selang infus saya. Saya
meringis dan menangis menahan sakit. Dalam hati ingin mati saja. Sempat
juga beberapa kali jarum itu menusuk-nusuk tangan saya hanya karena
macet. Lalu selang dipuntir lagi. Lalu diambil darah. Lalu ditusukkan
jarum lagi. Sakit.
"Kalau masih pucet sampai besok, perlu tambah darah."
Saya hanya
terbelalak lemah mendengar penjelasan dokter. Entah sengaja
menakut-nakuti atau memang kenyataannya demikian. Cairan bening dalam
selang infus saya akan berganti dengan cairan merah kental jika saya
masih pucat keesokan harinya.
Maka pada hari kesekian belas itu
saya mulai memaksakan diri membuat wajah saya berseri -biar tidak pucat.
Saya makan. Lalu mencoba bersemangat. Dan saya berhasil menggagalkan
keinginan dokter mengganti cairan bening infus saya dengan darah.
Memangnya saya vampir apa sampai harus diberi asupan darah?
Ya.. Akhirnya
saya bisa pulang. Dan langsung ebtanas karena saya sakit disaat
menjelang ujian akhir.
Tapi sejak saat itu saya trauma
dengan rumah sakit, suntikan, infus, dan hal lain yang berbau rumah
sakit. Sebisa mungkin saya akan menjauhi setiap hal yang behubungan
dengan rumah sakit, apalagi infusan. Saya kapok. Untunglah sakit kali
ini saya diperbolehkan rawat jalan, sehingga saya tidak perlu menghadapi
tumpukan terror mengerikan rumah sakit.
...
...
Cepet sembuh ya kamu -maksudnya menyemangati diri sendiri. Bosen kan nggak bisa ngapa-ngapain selain tiduran dengan kepala sakit dan sakit-sakit yang lain?
Saya memang suka tidur, tapi bukan tidur karena sakit Foto dari sini |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar