Jumat, 10 Februari 2012

My trauma

Pertama kalinya sakit. Saat itu SD. Saya sudah di Tangerang. Ya, memang hanya kenangan ketika sudah di Tangerang yang saya dapat ingat. Masa-masa sebelum itu hanya bisa saya terka dari mulut-mulut orang-orang di sekeliling saya yang bercerita.

Saya masih ingat jarum suntik itu. Bau rumah sakit yang khas. Seperti bau kesepian. Bau derita. Dokter datang bersama suster yang hendak mengambil darah saya untuk di periksa. Lalu katanya gejala typhus. Saya harus di rawat. Ini adalah akibat demam selama beberapa hari yang tak kunjung turun. Maka saya sedikit berontak. Saya takut jarum suntik. 

Beberapa orang memegangi saya agar saya tenang, karena sebelumnya saya menendang suster dan dokter yang hendak melakukan perawatan dengan jarum. Memasang selang infus di tangan saya. Saya ketakutan. Tapi mereka terlalu kuat dan banyak. Saya pun kalah. Dan selang itu sudah tertancap di tangan saya.

Saya masih dapat merasakan sakitnya saat selang infus itu di puntir oleh suster karena macet. Saya baru saja habis pipis. Dan beberapa kali suster yang tanpa babibu itu begitu saja dengan santainya memuntir selang infus saya. Saya meringis dan menangis menahan sakit. Dalam hati ingin mati saja. Sempat juga beberapa kali jarum itu menusuk-nusuk tangan saya hanya karena macet. Lalu selang dipuntir lagi. Lalu diambil darah. Lalu ditusukkan jarum lagi. Sakit.

"Kalau masih pucet sampai besok, perlu tambah darah."

Saya hanya terbelalak lemah mendengar penjelasan dokter. Entah sengaja menakut-nakuti atau memang kenyataannya demikian. Cairan bening dalam selang infus saya akan berganti dengan cairan merah kental jika saya masih pucat keesokan harinya.

Maka pada hari kesekian belas itu saya mulai memaksakan diri membuat wajah saya berseri -biar tidak pucat. Saya makan. Lalu mencoba bersemangat. Dan saya berhasil menggagalkan keinginan dokter mengganti cairan bening infus saya dengan darah. Memangnya saya vampir apa sampai harus diberi asupan darah?

Ya.. Akhirnya saya bisa pulang. Dan langsung ebtanas karena saya sakit disaat menjelang ujian akhir. 

Tapi sejak saat itu saya trauma dengan rumah sakit, suntikan, infus, dan hal lain yang berbau rumah sakit. Sebisa mungkin saya akan menjauhi setiap hal yang behubungan dengan rumah sakit, apalagi infusan. Saya kapok. Untunglah sakit kali ini saya diperbolehkan rawat jalan, sehingga saya tidak perlu menghadapi tumpukan terror mengerikan rumah sakit.
...



Cepet sembuh ya kamu -maksudnya menyemangati diri sendiri. Bosen kan nggak bisa ngapa-ngapain selain tiduran dengan kepala sakit dan sakit-sakit yang lain?



Saya memang suka tidur, tapi bukan tidur karena sakit
Foto dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...