Jumat, 21 Oktober 2011

Oktober

Source

Dulu, ketika masa depan belum terlihat, sepasang remaja mungkin tidak akan pernah terfikirkan untuk menjalani masa seperti sekarang. Perasaan itu mengalir indah menelusur setiap serat nadi dalam darah. Menghadirkan aroma wangi yang khas. Rona wajah berseri. Tawa canda menghias setiap jengkal sudut raut wajah. Dan binar mata itu masih begitu indahnya bersinar. Namanya cinta. 


Gadis itu begitu mempesona. Senyumnya merekah hadir setiap saat. Tatapan matanya melembut menghanyutkan siapapun yang menatap. Pembawaannya mampu membuat dunia ikut tertawa. Sosoknya yang menjulang semampai membuat siapapun tak akan melewatkan figurnya. Kesukaannya mungkin biasa, tertawa dan menghadirkan empati. Dan merah mungkin warna yang tepat untuknya. Warna yang khas menandakan semangat meletup tak pernah karam. Merah. Mungkin memang nama yang tepat untuknya.

Dan tak heran ada seorang laki-laki yang berjiwa ksatria yang kemudian tertarik padanya. Pesona ksatria ini memang sulit di pandang hanya dengan sebelah mata. Terlihat jelas kemurnian jiwanya dalam sosoknya yang sederhana. Terhampar jelas kelapangan dadanya dalam pembawaannya yang kharismatik. Ksatria ini. Dan cinta si merah.

Singkat cerita, pertemanan itu akhirnya memunculkan perasaan tersendiri. Dan mudah ditebak, ksatria itu yang akhirnya mampu meluluhkan hati si gadis berbaju merah. Indah mengecap naungan bahagia panah cupid selama bertahun-tahun, rupanya belum mampu mengibaratkan kuatnya ikatan yang ada pada mereka. Gadis merah mengecewakan ksatria yang tengah berusaha mewujudkan mimpi masa depan bersama. Gadis merah merayap meninggalkan ksatria melalui lubang pada sudut hatinya. Menghambur ke dalam pelukan pemuda dengan kuda putihnya dalam istana megah.

Ksatria merah terpana, mendapati gadis merahnya pergi. Meninggalkan sobekan besar dalam rajutan benang yang tengah disulam bersama, dalam janji masa depan. Perlahan dalam terseok, ksatria itu menerima kepergian gadis merah. Menyimpan segala luka yang menganga begitu lebarnya rapat-rapat. Sendiri. Meninggalkan semua. Mencari tempat baru dengan harapan baru. Namun ternyata cupid tidak begitu saja mencabut panah yang pernah ditancapkan di hatinya. Sisa panah itu masih menancap tajam membekas di hati ksatria untuk gadis merah itu. Lama dan tak tentu, gadis merah tetap muncul dalam setiap pejam mata. Tak mudah melupakan pesona yang telah menancap bersamaan dengan panah cupid.

Kenangan itu bukan lagi hanya dalam ingatan karena telah menyatu dalam setiap nadi darahnya. Kebersamaan itu bukan lagi hanya menjadi bayangan karena begitu lekat menempel pada setiap sel ingatan. Bulan ini, oktober. Bulan dimana ksatria akan harus berusaha sekuat tenaga untuk menghapus setiap inci bayangan gadis merah yang entah bagaimana akan menatapnya kembali. Atau bahkan bulan untuk kembali menguatkan ingatan akan masa-masa indah, sebelum masa depan itu terbentang nyata dalam semesta pandang.

Oktober tahun ini. Akankah dengan mudah dilewati ksatria, atau bahkan akan menjadi bulan yang selamanya tak akan pernah menjadi buram dalam ingatannya? Bahkan tak kuasa tak menahan ucapan saat tahun lalu dilanda ingatan. Hari besar, hari istimewa. Beruntungnya gadis merah itu. Ksatrianya terlalu setia. Entah bagaimana memberitahunya bahwa ksatrianya senantiasa menanti. Bahkan dalam setiap luka yang sempat ditorehkan olehnya, sang merah. Bulan ini.. Oktober.



***
Bagaimanapun, "Selamat ulang tahun.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...