Jumat, 02 Desember 2011

Kolam kenangan: Ingatan

I'll keep searching.. I will
Foto dapat dari sini



Muncul dalam percikan kolam kenangan saya adalah suasana sederhana didalam sebuah rumah kayu yang besar, dimana banyak terdapat kamar. Lantai rumah itu, antara tanah dan ubin berwarna keabuan yang dingin. Simbah buyut sering menyimpan uang di bawah bantal di salah satu kamar di dalam rumah itu. 

Kolam kenangan saya menunjukkan bagaimana simbah buyut seringkali mengijinkan saya mengambil sendiri simpanan uang yang disimpannya itu. Sebuah langgar kecil disamping rumah yang selalu digunakan oleh simbah buyut kakung untuk beribadah. 



Saya mendengar sebuah teriakkan. Seseorang berteriak. Ada yang tengah bertengkar. Mungkin adu mulut. Saya bersembunyi di dalam kamar. Seseorang, tengah beradu mulut dengan seseorang. Pria dan wanita. Mungkin suara orang tua saya. Karena pada saat itu, saya tidak mendapati orang tua saya bersama saya menemani saya yang tengah ketakutan. Lalu gelap.


Suatu hari, halaman rumah yang dipenuhi oleh pohon bunga kenanga itu kembali terdengar teriakkan. Seseorang beradu mulut kembali. Saya mendengar bunyi barang di lempar. Dan pecah. Di bawah pohon kenanga itu, saya dan simbah buyut putri sering bermain masak-masakkan. Dengan bunga kenanga yang di anggap seperti mie yang saya potong-potong kecil-kecil.


Sepertinya di ujung gang itu saya sering bermain dengan teman-teman saya. Ada seorang anak perempuan yang matanya tidak berfungsi separuh. Mata kanan atau kirinya, berwarna putih dengan pupil mata yang mengecil berwarna keabuan. Sepertinya tidak dapat digunakan untuk melihat. Dan anak laki-laki itu, wajahnya begitu tampan. Kami bermain melewati jalan raya yang cukup lebar itu, melewati komplek pemakaman umum untuk kemudian berhenti pada sebuah taman bermain tak jauh dari perkuburan itu. Bertiga, saya bermain ayunan kesukaan saya. Dua teman saya entah bermain apa.


Kolam kenangan saya memperlihatkan piring yang terbanting. Pecah. Gelas. Pecah. Banyak teriakkan. Banyak tangis. Mungkin tangis saya. Gambarannya tidak jelas. Saya benci jika tidak mampu mengingat dengan jelas seperti ini. Kemudian gelap seluruhnya. Tak ada lagi yang muncul dalam kolam kenangan saya.


Saya ingin bisa mengingat. Seperti Park Gae In. Tak perlu seseorang seperti Jeo Jin Ho untuk membantuku, hanya ketulusan. Entah berapa lama lagi saya harus menunggu.


___________


 langgar = mushola (bahasa jawa)
Park Gae In dan Jeo Jin Ho= tokoh utama dalam drama korea Personal Taste


*
Maaf tidak bisa melanjutkan menulis. Kepala saya sakit terus sejak berusaha keras mengingat masa kecil saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...